Throwback 152 hari bersamamu


Terjebak dengan sekumpulan orang-orang tidak waras di dalam satu ruangan adalah petaka bagi seorang Deon Anggreva Adriano, lebih tidak waras lagi dirinya yang justru terjebak dengan permainan yang sama sekali tidak ada untungnya menurut deon.

Dalam hati pemuda itu berteriak ingin segera keluar dari ruang OSIS dan berhenti dari permainan ini karena sejatinya Deon hapal betul 3 botol dengan masing-masing kertas yang telah di gulung di dalamnya itu tidak pernah berisikan hal-hal yang beres, kedua temannya sudah cukup untuk membuktikannya.

Deon merapal doa dalam hati ketika botol minuman lemon itu kembali berputar, semua orang terfokus untuk melihat kemana ujung tutup botol itu akan berhenti.

Tepat setelah tutup botol lemon itu berhenti di depannya Deon tak punya lagi alasan untuk tidak menyumpahi dirinya sendiri dalam hati, sebelum botol itu benar-benar berhenti Deon bergegas untuk berdiri namun kedua temannya yang berada di sampingnya ternyata lebih cepat menyadari bahwa dirinya akan lari dengan cekatan menarik dirinya untuk kembali duduk bersila di lantai.

“Hoho, tidak bisa tuan muda.”

Deon bisa melihat ekspresi teman-teman OSIS nya yang sekarang tersenyum merkah, sepertinya sangat menantikan penderitaan apa yang sebentar lagi akan menjemputnya.

“Sekarang tuang sendiri lo bakal dapat dare apa dan hukumannya apa.” Zetta menyodorkan dua botol yang berisikan kertas kearahnya.

Deon melotot tidak terima, “Mana bisa gitu, gue pilih truth!!”

“No, no, no, lo gak liat anak kelas 9 yang ikut gak ada yang milih dare deon, truth itu hak khusus buat adek kelas aja.” Itu Miranda dengan senyum setannya.

“Pilih darenya atau lo mau bersihin wc di dekat gudang sendirian? Gue yakin lo gak akan tahan sama bau pesing di sana kalau lo gak mau milih d-”

Miranda tersenyum senang saat melihat Deon merampas kasar dua botol di depannya, “Lo semua emang pengan banget ngeliat gue sengsara.”

Sepertinya hari ini Deon menjadi anak yang religius yang selalu berdoa setiap saat, kali ini dia benar-benar berdoa dengan serius di dalam hati agar dia tidak mendapat tantangan aneh dan juga hukuman yang sekiranya lebih manusiawi di banding kedua temannya yang tadi.

Setelah mengeluarkan masing-masing satu kertas dari botol dare dan hukumannya deon menatap miranda yang langsung mengambil alih kedua gulungan kertas itu.

“Gue buka hukumannya dulu, biar lo semua pada penasaran.” Miranda tertawa senang melihat ekspresi memelas yang di berikan oleh Deon untuknya.

“Kalau lo gak bisa penuhin darenya hukuman yang lo dapat jalan jongkok selama sebulan dari depan gerbang sampe ke depan kelas lo.”

“Lo gila?! Kelas gue di lantai 3.” Deon tidak habis pikir orang mana yang akan sanggup jalan jongkok naik keatas lantai tiga, memang pilihan yang salah ikut bergabung dalam permainan ini.

“Ya kalau lo gak mau harus penuhin dare nya dong, feeling gue lo dapat dare yang bagus, yon.”

Deon tak lagi mengambil pusing dia lebih memilih fokus dengan kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Miranda, berharap dia betulan mendapat dare yang lebih waras agar tidak harus mendapat hukuman yang bisa melumpuhkan otot kakinya.

“Lo harus pacaran sama anggota klub renang yang seangkatan sama lo, tenggak waktunya satu bulan. Gila-gila, yon kalau lo punya pacar mending bilang dari sekarang aja.” Miranda setengah heboh setelah membacakan gulungan kertas itu yang langsung membuat semua anggota OSIS yang ada di dalam ruangan bersorak.

“Deon bantet mana punya pacar.” Itu Dipta teman sepersdannya yang tidak pernah tenang jika tidak mengatai Deon bantet dan semacamnya.

Deon akui diantara keempat sahabatnya dia adalah yang paling pendek, sebetulnya Deon tidak sependek itu dia lumayan tinggi kok hanya saja keempat sahabatnya itu sepertinya kelebihan kalsium sehingga pertumbuhan mereka melesat dengan sangat cepat di bandingkan dirinya, itu membuatnya telihat lebih pendek ketimbang sahabatnya karena dia butuh waktu yang sedikit lebih lama agar bisa setinggi mereka.

Ya, walaupun pada akhirnya ini hanya sebuah pembelaan.

Mencari pacar dalam kurun waktu satu bulan itu bukan perkara yang mudah bagi Deon, dia bukan orang yang gampang akrab dengan orang lain. Di tambah lagi anak klub renang mana yang mau dengannya?

Mereka semua perkumpulan cowok-cowok dan cewek dengan tubuh atletis dan terkenal dengan wajah datarnya, mereka termasuk klub yang sulit untuk di tembus, mereka seperti mempunyai tingkatan berbeda di bandingkan dengan klub yang lainnya, mereka jarang berbaur karena sibuk latihan renang di dalam ruangan khusus yang mana tidak di sentuh oleh anggota klub manapun.

Deon merasa frustasi, tidak seharusnya dia mengikuti permaianan ini.

“Yon, mau gue kasih list nama-nama anak klub renang gak?” Itu Zetta dengan nada bercandanya yang membuat Deon kembali mendengus.

Serius, memang anak klub renang mana yang mau dengannya?

Deon hanya tidak pernah tahu saja bahwa selepas hari itu ada sesuatu yang telah menunggunya di depan sana.