Sweetest
Bagian kedua
Hyemi tidak habis pikir bagaimana dia masih bisa mendapat sekotak susu strawberry ketika heeseung beberapa minggu lalu telah mencapakkannya begitu saja, mengatakan bahwa semua perhatiannya selama ini nyatanya tak bermakna apa-apa, hyemi tidak paham kenapa heeseung melakukan hal itu kepadanya.
Dia terlalu pusing untuk memikirkan itu semua, nyatanya berandal itu memang tetap akan menjadi berandal dan tidak akan pernah berubah.
Mereka kini kembali seperti dua orang asing yang tidak pernah saling mengenal menimbulkan banyak tanya diatara siswa, ada yang kasihan padanya ada juga yang menggunjing namun hyemi tak peduli itu semua.
Dia lebih memilih untuk mengambil sekotak susu itu kemudian meminumnya, hyemi kira susu itu sama seperti yang di berikan heeseung sebelum-sebelumnya namunya kenyataannya susu itu jauh berbeda susu yang di konsumsinya nyatanya membuat kesadarannya perlahan menghilang setelahnya hyemi tidak mengingat apapun lagi.
Gadis itu tersadar dari keadaan tak sadar dirinya, dia bangun di dalam sebuah ruangan luas yang kosong dan lenggang, hyemi samar-samar melihat banyak kelopak mawar berwarna putih mengelilinginya.
Dia hendak memegangi kepalanya yang terasa pening tapi dia sadar ktika kedua lengannya di ikat dengan tali kemudian di kagetkan dengan lampu ruangan yang mendadak menyala, dia berbalik menatap pemuda yang duduk di atas panggung dengan kaki yang menjuntai bebas menatap hyemi dengan datar.
Kemudian hyemi tersadar jika dia berada di aula sekolah, “S-sunghoon?”
Pemuda itu tidak menjawab dia justru turun dari kegiatan duduknya berjalan pelan menuju kearah hyemi yang masih terduduk di lantai.
Sunghoon merogoh kantongnya mengeluarkan sebuah pisau kecil mengarahkan tepat di depan mata hyemi, “Kau punya kalimat terakhir?”
“Apa maksudmu?” Hyemi hendak bergerak untuk menjauh tapi kemudian dia justru terangkat perlahan, dia melirik kedepan sana di mana ada orang lain yang mengendalikan roda tali yang ada di tangannya.
Di sudut sana heeseung terlihat menikmati memutar roda itu membuat hyemi terangkat semakin tinggi, hyemi berteriak ketika tubuhnya semakin terangkat.
Sunghoon menarik kaki gadis yang terbalut kaos kaki panjang itu dengan kasar membuatnya kini berdiri berpapasan dengan sunghoon dari jarak dekat, sunghoon menunduk mengambil kelopak mawar putih yang berceceran itu kemudian memaksa gadis itu membuka mulutnya untuk memasukkan kelopak bunga itu hingga membuatnya tersedak.
“Kau akan membuatnya mati tersedak.” Heeseung akhirnya angkat bicara ketika melihat gadis itu tersiksa dengan kelopak bunga yang memnuhi mulutnya.
“Siapa juga yang ingin dia matk tersedak, itu tidak seru.” Dia menatik kain hitam dari saku celananya kemudian mengingat tali itu agar gadis itu tidak bisa lagi mengelurakan kelopak bunga itu dari mulutnya.
“Mmm-mfg.” Gadis itu mencoba untuk berontak mengeluarkan suaranya, namun itu tidak berarti sama sekali.
“Ini akibat karena kau berani menyentuk milikku.” Sunghoon menatap nyalang gadis itu kemudian melirik heeseung yang langsung tahu apa maksud tatapan itu.
Heeseung kemudian kembali memutar roda itu membuat gadis itu kembali terangkat dengan kedua tangan yang menggantung.
“Aku sangat marah denganmu hingga rasanya aku ingin mencabik-cabik tubuhmu dengan jariku, tapi aku bahkan tidak sudi untuk sekedar menyentuhmu.” Sunghoon kemudian mengarahkan pisau kecil di tangannya untuk menyayat-nyayat kaki gadis yang terbalut dengan kaus kaki berwarna putih itu kini kontras dengan darah yang mulai keluar dari goresan-goresan yang di ciptakan heeseung.
Hyemi mencoba untuk berteriak namun kelopak bunga itu menyulitkannya karena semakin dia berteriak semakin kelopak bunga itu masuk kedalam tenggorokannya.
Satu-satunya cara yang dia gunakan gadis itu dengan menggoyangkan kakinya agar sunghoon berhenti untuk menyat kaki kirinya, namun sunghoon justru menahan kakinya memegang kaki gadis itu dengan kuat-kuat sebelum dia mematahkannya dengan paksa.
Tak
Sunghoon tersenyum puas ketika melihat ketika gadis itu sama sekali tidak bisa mengeluarkan suaranya, matanya melotot air matanya mengalir namun dia tidak bisa melakukan apapun.
“Heeseung turunkan dia.” Heeseung hanya mendengarkan tanpa menjawab langsung melakukan apa yang di tugaskan oleh sunghoon.
Kemudian sunghoon membuat gerakan seolah dia ingin memeluk gadis itu, “Kau tahu? Aku menyesal menolongmu hari itu.”
Pemuda itu menggores wajah hyemi mengukir bentuk hanti kecil di pipinya membuat hyemi meringis menahan sakit yang di terimanya.
Sunghoon kemudian menusukkan pisau itu keperut hyemi yang membuatnya ingin berteriak namun tertahan karena kelopak bunga juga dengan kain hitam yang menyumpal mulutnya, “Ini karena kau berani mengatakan kau suka dengan heeseung.”
Kemudian satu tusukan kembali di layangkan sunghoon, “Ini untuk kau yang berani meminta heeseung menjadi kekasihmu.”
“Dan ini untuk kau yang berani mencium heeseung dengan bibir kotormu.” Sunghoon menusukkan pisau itu berkali-kali ke perut si gadis.
Hingga gadis itu berhenti memberontak ketika kesadarannya sudah mulai menghilang namun itu sama sekali tidak membuat sunghoon untuk berhenti melakukan aksinya.
Kini dia mengarahkan pisau itu di kaki si gadis yang tadi dia patahkan, mengirisnya dengan berkali-kali namun itu memakan waktu yang sangat lama.
“Kau ingin melakukan apa lagi?”
“Memberi gaeul makanan.” Sunghoon mengambil sebuah besi yang tergeletak tak jauh dari arah mereka.
Sunghoon memukulkan besi itu berkali-kali ke kaki si gadis hingga terputus, terlempar cukup jauh dengan darah berceceran yang mulai menodai kelopak-kelopak bunga mawar putih yang berserakan di lantai.
Heeseung merasa itu sudah cukup dia langsung menggantung gadis itu lebih tinggi dari posisinya tadi, “Dari awal maksud dari mawar putih itu adalah untuk ini.”
Heeseung memperhatikan sunghoon yang kini mengambil potongan kaki gadis itu untuk di masukkan kedalam sebuah tas, lalu tersenyum ketika mereka tak sengaja bersitatap sunghoon juga membalas senyumannya dengan cengiran khas miliknya yang mampu membuat siapapun berdecak gemas.
Sejatinya heeseung hanya perlu menekan tuas pengendali sunghoon untuk menunjukkan sisi biadab si ketua osis teladan semua siswa dan favorit guru nyatanya hanya sebuah topeng untuk menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya.
“Cemburuku itu seperti nereka.”
Cemburunya lee heeseung itu seperti nereka, menyiksa siapapun yang berhasil membuatnya merasakan perasaan itu tidak ada ampun, lee heeseung sejatinya mampu menjadi jurang yang membawamu pada kematian hanya karena berani menyentuh miliknya.
“Aku tidak suka dengan caramu berpura-pura pingsan agar mendapat perhatian sunghoon.”
Mereka kemudian keluar dari aula menutup pintunya kemudian berjalan sambil bergandengan tangan keluar dari area sekolah.
Mereka sampai di kediaman sunghoon, pemuda itu langsung mengeluarkan potongan kaki itu kearah anjingnya yang menyalak garang kemudian memakan kaki itu dengan rakus.
Mereka duduk di sebuah kursi memperhatikan bagaimana anjing peliharaan sunghoon itu makan dengan rakus, kini sunghoon beralih memeluk heeseung menyandarkan kepalanya di dada bidang bidang heeseung lalu menatap heeseung yang juga menatapnya.
“Jangan pernah biarkan orang lain menyetuhmu, kau itu milikku.” Sunghoon kemudian menggigit leher heeseung yang membuat sang empu tertawa.
“Yeah, i'm yours.”
Heeseung beralih mengcup hidung sunghoon sembari mengeratkan pelukannya membuat sunghoon menutup matanya menikmati semua afeksi nyang di berikan oleh heeseung.
“Apakah kau akan melakukan hal yang sama jika ada orang yang berani menyentuhku?” Sunghoon bertanya dengan pelan.
“Aku bahkan pernah melakukan lebih dari yang kau lakukan.”
Sejatinya mereka sama saja, sama-sama iblis bertopeng manusia.