Sweetest
Bagian pertama
Mobil sport hitam itu berhenti di depan gerbang sebuah sekolah, pemuda dengan seragam sekolah yang terhalangi hoodie hitam yang di kenakakannya keluar dari mobil tersebut melangkah pelan dengan satu tangan di tas yang menggantung di lengan kiri dan satunya lagi di dalam saku celananya.
Pemuda itu melangkahkan kakinya masuk kedalam area sekolah tak selang beberapa lama dia melihat keramaian di tengah lapangan, dengan sedikit rasa penasaran pemuda itu menuju ke area lapangan menerobos kerumunan siswa yang saling berbisik.
Siswa dengan hoodie itu menatap datar pandangan di dapannya dimana Park Sunghoon si ketua osis tampan, ramah, baik hati dan panutan sekolah tengah mengangkat salah seorang siswi yang pingsan di tengah lapangan menuju keruang kesehatan yang berada tak jauh dari lokasi mereka sekarang.
Dia memutar bola matanya malas sebelum memilih untuk berbalik meninggalkan kerumunan siswa yang berbisik heboh karena si panutan sekolah itu kembali melakukan hal superior bak pahlawan dalam kisah fiksi.
“Beruntung sekali menjadi Kim Hyemi aku juga ingin di tolong Sunghoon.” Pemuda itu berhenti sejenak mendengar penuturan salah seorang gadis di dekatnya kemudian mengangkat sudut bibirnya pelan sebelum pergi meninggalkan kerumunan.
“Sampah.”
“Lee heeseung, kau mau kemana?” Pemuda denga hoodie hitam itu berbalik menatap sosok pemuda yang meneriakinya dari atas lantai dua.
“Ke kantin, kau mau ikut?” Tanyanya kemudian.
“Tidak, kau duluan saja.”
Dan tanpa bertanya lagi pemuda benama Lee heeseung itu segera pergi menuju kantin yang berada di sudut sekolah, dia tersenyum ramah kepada penjaga kantin yang sudah mengenalnya di luar kepala karena menjadi langganannya.
Heeseung menyerahkan dua kotak susu strawberry dan satu bungkus roti yang membuat si panjaga kantin menatap heeseung heran, “Tidak biasanya, untuk pacarmu?”
Pertanyaan itu langsung di balas dengan senyum oleh heeseung sebentar kemudian menggeleng yang langsung membuat si penjaga kantin tersenyum semakin lebar sebelum memberi selembar kertas berwarna biru bersama dengan pesanan milik heeseung, “Kau bisa menuliskan sesuatu di situ, itu akan terlihat lebih romantis.”
Heeseung mau tak mau tersenyum kemudian meraih pesanannya menunduk hormat sebelum pergi meninggalkan kantin yang masih lenggang oleh pengunjung, “Terimakasih.”
Mata pemuda itu menatap satu persatu loker yang terletak di koridor satu tangannya dengan mantap menarik satu pintu loker, “Kau sedang apa?” Gerakan tangan heeseung terhenti kemudian berlaih menatap gadis itu.
“Oh, ini untukmu kulihat kau sedang kurang sehat.” Dia kemudian tersenyum mengulurkan sekotak susu strawberry dan roti di tangannya.
Gadis itu mendadak kikuk kemudian meraih susu strawberry dan roti yang ada di tangan heeseung dirinya di buat semakin gugup ketika pemuda itu berjalan mendekatinya lalu mengusap puncuk kepalanya tanpa aba-aba membuat si gadis dengan rambut panjang itu merona menahan malu.
“Lain kali kau harus menjaga kesehatanmu, Kim Hyemi.” Lalu berlalu begitu saja meninggalkan si gadis dengan wajah memerah juga dengan tatapan tidak percaya dari beberapa siswa yang melihat kejadian itu.
Dimana si berandal sekolah yang tidak pernah perduli dengan sekitarnya mendadak memberi perhatian kepada seorang gadis, siapapun yang melihat pasti menduga kalau heeseung menyukai gadis itu.
Sudah seminggu kejadian itu terus berlanjut gadis dengan nama Kim Hyemi itu sama sekali tidak menolak heeseung namun dirinya kian dibuat bingung ketika heeseung hanya menarik ulur dirinya tanpa kepastian sama sekali, gadis itu terjebak dengan perasaannya.
Berita tentang si brandal yang tengah terang-terangan mendekati seorang gadis seangkatan dengan mereka itu tersebar luas hampir semua siswa mengetahuinya tak jarang melihat interaksi keduanya yang membuat beberapa siswa tersenyum menganggap bahwa mereka adalah perpaduan yang sempurna, berita itu sendiri sampai di telinga Sunghoon sebetulnya dia ingin menutup telinga dengan berita itu dia lebih memilih untuk memfokuskan dirinya pada olimpiade mendatang, namun kabar yang semakin marak di beritakan seisi sekolah itu cukup membuat telinganya panas.
Di tambah ketika dia tidak sengaja melihat si berandal sekolah itu berjalan seorang diri menaiki tangga menuju atap sekolah membuat rasa penasarannya semakin tertantang dia mengikuti pemuda itu dari belakang dengan diam-diam.
Heeseung melangkahkan kakinya menuju keatap sekolah sesampainya disana dia menemukan seorang gadis berambut panjang dengan seragam khas sekolah mereka tengah menunggunya dengan setangkai bunga mawar putih di tangannya, gadis itu tersenyum ketika melihat kedatangan heeseung.
Dia mendapatkan bunganya.
Pemuda itu tidak membuka suara ketika sampai di sana berhadapan langsung dengan gadis yang tengah menunduk dengan wajah merona menatap mawar di tangannya.
“Heeseung, aku m-menyukaimu.” Ungkap gadis itu malu-malu.
Sebelah alis heeseung terangkat kemudian menatap sekelilingnya, “Oh, terimakasih.”
Gadis itu sedikit tersentak kemudian memilih mendongak menatap heeseung yang sama sekali tidak menampilkan ekpresi apaun dia menatapnya bingung. “Eh, lalu bunga ini?”
“Itu hanya bunga.”
“Aku menyukaimu lee heeseung, apakah itu kurang jelas?” Tanya gadis itu bingung.
“Ya, aku tahu, lalu?”
“Aku mau kau jadi pacarku.”
Heeseung tertawa kemudian menyentuh kepalanya sebentar lalu menatap gadis itu, “Aku tidak pernah bilang aku menyukaimu.”
Gadis itu menatap heran heeseung yang kini tidak menampilkan ekspresi apapun, “Tapi kau memberiku perhatian, datang ke kelasku setiap jam istirahat lalu menaruh bunga ini di lokerku, kau pasti menyukaiku juga kan?”
Gadis itu melangkah mendekati heeseung kini beridiri sangat dekat dengannya, gadis itu memajukan wajahnya mencium bibir heeseung.
Namun tak selang beberapa detik gadis itu terhempas, “Menjijikkan.” Heeseung mengusap bibirnya kasar merasakan bagaimana pewarna bibir gadis itu menempel di bibirnya.
Heeseung kemudian menyamakan tingginya dengan Hyemi yang kini terduduk di lantai atap sekolah, “Kim hyemi, gadis yang polos.”
“Biar ku beritahu sedikit, tak semua perhatian itu berarti aku menyukaimu.”
Heeseung tersenyum ketika melihat gadis itu pergi meninggalkannya dengan penuh amarah juga rasa sedih, dia memperhatikan bunga mawar putih yang tergeletak di atas lantai dengan salah satu kelopaknya yang lepas. “Mawar putih melambangkan simpati lambang dukacita.”
Heeseung berjalan santai hendak menuruni tangga namun dia berhenti ketika melihat sosok pemuda lain tengah berdiri sambil menatapnya tajam, pemuda itu berjalan kemudian menariknya untuk kembali keatas atap.
Heeseung tidak protes sama sekali ketika pemuda itu mendorongnya untuk duduk di salah satu sofa tua yang ada di sini, heeseung juga tidak masalah saat pemuda itu kini duduk diatas pangkuannya sambil menatapnya tajam lalu mengsuap bibirnya dengan tangannya, heeseung bisa melihat amarah di dalam tatapan pemuda itu.
“Kotor, menjijikkan, dia menyentuhmu.”
“It's your job to clean it up, sunghoon.”
Tanpa mendengar perintah dua kali sunghoon langsung mempertmukan bibir mereka, memangut bibir heeseung dengan emosi tercampur, mereka saling memangut berperang lidah hingga menimbulkan bunyi kecapan yang cukup nyaring, sunghoon tidak puas dia merasa bibir heeseung masih kotor maka sunghoon menggigitnya hingga berdarah kemudian melepas paksa tautan mereka yang telah bercampur dengan darah di bibir heeseung.
Sunghoon kemudian beralih memeluk leher heeseung menenggelamkan kepalanya di ceruk leher heeseung nafasnya memburu menahan emosi, heeseung tak tinggal diam dia langsung memeluk erat pinggang ramping sunghoon kemudian mengelus belakang punggungnya pelan.
“Tahan emosimu, park.”
“Tidak bisa, rasanya sangat menyesakkan aku rasanya ingin merobek-robek gadis itu sampai hancur.”
Heeseung membuat sunghoon kini menatapnya dengan menangkup wajah pemuda yang wajahnya sedikit memerah karena menahan emosi, sunghoon yang sedang marah itu jauh lebih manis ketimbang sedang tersenyum.
“Kau tahu aku memberinya apa?”
Sunghoon menangguk, “Mawar putih, jadi boleh?”
Heeseung hanya tersenyum kemudian mengecup pelan hidung sunghoon sebelum akhirnya kembali menautkan bibir mereka, peresetan dengan jam pelajaran yang tengah berlangsung sejatinya heeseung tak pernah peduli dengan itu semua.
Heeseung itu pemegang kendali atas sunghoon, sekali dia menekan tuas pengendalinya maka sunghoon yang sebenarnya akan terlihat.
Cemeburunya Lee heeseung itu seperti nereka.
Lanjut di bagian kedua