sejalan dua arah


pertama kali adira menyadari perasaannya sendiri adalah ketika samudra dan senyumnya mulai mengambil alih sebagian dari isi kepalanya. menari, lalu mengajak adira untuk menelusuri setiap jejak yang boleh ia raba untuk menyentuh samudra yang selalu seluas namanya.

samudra adalah orang pertama yang mengulurkan tangannya untuk berkenalan sebagai sesama mahasiswa baru, adira yang datang sendirian jauh-jauh dari kampung mendapati ia punya satu kenalan di kota besar yang ramainya kalahkan isi kepalanya. sayangnya ternyata mereka beda ranah jurusan yang buat adira hanya bisa sekedar saling sapa dengan samudra yang kelasnya berada di lantai atas.

tapi ternyata setelah setahun dan melewati masa mahasiswa barunya, mereka jadi dekat karena satu kejadian di mana samudra salah masuk kelas dan memilih untuk duduk di samping adira yang pura-pura tertidur di kelas yang membosankan. samudra mengajaknya mengobrol sambil berbisik, tak lama mereka jadi kawan yang cukup akrab, sebab mereka leluasa saling menguliti, atau lebih tepatnya hanya samudra.

adira jatuh cinta dengan sedikit dari percik-percik perlakuan samudra yang buat semburat merah muda di pipinya muncul tiba-tiba. adira jatuh cinta pada samudra yang selalu menyapanya setiap pagi, sekaligus membangunkan adira yang selalu kesulitan bangun pagi sebab samudra jarang terlelap dengan tenang. adira jatuh cinta pada samudra yang meminjamkan adira sepatu miliknya sebab sepatu adira kehujanan sepulang dari kampus, adira jatuh cinta pada samudra yang beri ia jaketnya dan segelas wedang hangat di pinggir jalan setelah kehujanan sehabis dari menghabiskan waktu menelusuri jalan kota yang sepanjang kenangan.

adira tak lebih dari pecundang yang jatuh cinta tanpa pertolongan kepada samudra. samudra lahir dari rahim keluarga yang sibuk bekerja keras, saling meninggalkan untuk saling menghidupi, buat samudra yang mulai dewasa rasakan sepinya ditinggalkan tanpa permisi, yang berhasil buat adira dan hati ramahnya terenyuh ingin peluk samudra dengan lengannya yang tak pernah seberapa. semuanya berjalan baik sebelum adira menyadari, samudra adalah racun paling menggoda yang pernah ia temukan.

hampir tiga tahun hubungan mereka dan adira mulai menyadari betapa merosotnya hubungan mereka dari yang sebelumnya. samudra tak lagi membangunkannya setiap pagi, tak ada lagi samudra yang memberinya candaan tak penting di siang bolong, tak ada lagi samudra yang makan nasi panas bersamanya, tak ada lagi samudra yang memberinya sebuah jaket dan wedang hangat ketika kehujanan sebab adira menunggu samudra yang tak kunjung datang hingga hujan tiba.

pun ketika adira temukan wangi berbeda pada salah satu baju yang dipungutnya di dalam indekos sewaktu samudra mengaku dirinya sakit, buat adira meremat kaos itu dengan pelan sembari menatap samudra yang terlelap dalam tidurnya. sebab ia ingat betul harum wangi dari parfum samudra, dan lagi samudra tak pernah menyukai wangi semanis ini.

adira boleh memahami semua kebohongan-kebohongan yang kerap kali samudra lakukan sebab mereka sedang dalam situasi dikejar tugas akhir yang buat ingin minggat segera dari pijakan sebab tuntutan-tuntutan yang mencekik mahasiswa buat tak nyaman untuk bernapas barang sedetik ketika menghadapinya. tapi lama-lama adira menyadari kebohongan-kebohongan samudra perlahan berubah menjadi sesuatu yang lain.

aroma manis yang ia temukan pada salah satu kaos samudra adalah hasil dari karma yang bersekongkol, bersetubuh dengan pengkhianatan.

adira selalu jadi nomor satu sebagai tempat samudra berlari ketika dunia dengan semua ketidakbaikannya kembali mengusik. selalu ada adira di setiap hari-hari mendung dan hujan milik samudra, adira tak sadar ia menjadi tameng si pengecut yang takut akan kejamnya dunia yang suka banyak bercanda. lantas, sewaktu adira menangis ketika ia kedinginan sewaktu menunggu pembimbing yang janjinya akan tiba pukul dua itu tiba-tiba membatalkan janjinya dan meninggalkan adira yang kehujanan sendirian bersama dengan laporan di tangannya yang ikut basah samudra tak ada di mana-mana.

di malam-malam ketika adira butuh teman untuk mengobrol, samudra lebih pilih untuk bercerita panjang lebar bersama kawan sejawatnya hingga pagi dan meninggalkan adira yang kesakitan sendirian ketika pagi menjelang sebab masalah lambung. lalu ia berlari kepada adira ketika tak ada seorang yang bisa mengertinya selain adira. adira tak tertolong, dan ia biarkan dirinya malam ini untuk terbakar bersama air mata yang seharusnya tak pantas ia teteskan untuk samudra.

dulu, selalu ada banyak alasan mengapa adira tetap memilih untuk tetap tinggal bersama samudra. sebab samudra selalu punya, selalu jadi alasan kenapa adira tak pernah beranjak darinya. setiap kali adira berpikir untuk mengakhiri hubungan mereka, samudra akan selalu datang merengkuhnya seolah ini mereka jauh sebelumnya dan kembali membuat adira tetap di sampingnya. setiap ia ingin. setiap ia mau.

tapi akhirnya malam ini tepat ketika keretanya melaju pada sebuah kota yang jauh dari lautan. adira menyadari cinta hades pada persephone hanyalah sebuah obsesi, cinta rama terhadap sinta hanyalah sebuah keragu-raguan yang berakhir tragis, dan kisah cinta antara romeo dan juliet tak pernah seapik itu. romeo dan juliet hanya dua orang yang jatuh cinta lalau mati dengan konyol. tak ada yang apik dari kisah dua orang yang mati dengan konyol. pun adira bukanlah hades, bukan persephone, bukan rama, bukan sinta, bukan romeo, dan bukan pula juliet.

adira hanyalah adira. adira aswatama.

jatuh cinta tak sama seperti dengan galih dan ratna atau cinta dan rangga yang sempat terkenal beberapa dekade yang lalu.

cinta tak pernah jadi sejalan dengan dua arah. cinta hanya selalu searah dengan satu tujuan. sama seperti kepulangannya setelah mendapatkan gelar yang menjadi tujuannya menginjakkan kaki di kota yang padat dan bising akan isi kepala yang tak pernah di dengar.

cinta tak pernah menjadi ia yang menginginkan samudra untuk bisa berikan adira sedikit pundaknya untuk bersandar. cinta tak pernah jadi adira yang berikan seluruh tubuhnya sebagai pelabuhan lalu lupa samudra terlalu luas untuk berlabuh, jika samudra masih sama seperti namanya masih akan ada banyak kapal dari selatan dan utara yang akan mengunjunginya dan adira hanya nelayan yang punya sampan untuk mengarungi samudra yang luasnya tak sebanding dengan sampannya.

pun mungkin langit sama sedihnya dalam perjalanan adira malam ini ketika ia gantikan adira untuk tangisi dirinya yang habis hanya untuk satu orang yang tak mampu berikan ia apa-apa, meskipun adira tak meminta, tapi samudra tetap tak akan mengerti sebab ia berada di nerakanya sendiri. menari-nari dengan kesedihannya sendiri.

adira pikir luasnya lautan di samudra sama dengan ketidakmampuannya untuk pertahankan samudra mahavier lebih lama di sisinya, sebab hidup bukan hanya perihal samudra tapi juga perihal dirinya sendiri. sebab adira juga ingin punya telinga di mana ia dan keluhnya bisa di dengar, sebab adira juga ingin punya tempat di mana ia bisa pulang dan tidur dengan pelukan sehangat matahari pagi, sebab adira masih punya kapasitas dan tak boleh menyia-nyiakan.

sebab cinta dan pulang adalah satu makna yang erat kaitannya. pulang harus ke rumah yang punya sepasang lengan yang berani. sebab rumah butuh sepasang mata, sepasang pipi, sepasang bibir, dan berpasang-pasang rindu di rak-rak sepatu yang tak takut akan penantian panjang untuk pulang. dan samudra adalah bentuk dari ketidaklayakan hati yang seharusnya tak pernah disinggahi sebab ia tak akan pernah jadi sepasang yang utuh. dusta telah melahapnya, membiarkan ia bersetubuh dengan karma yang membakar bara api yang mengiranya adalah nyala cinta.

dan untuk ketidaklayakan yang adira dapati masih harus dibalas tuntas, sama seperti rindu yang harus dibalas tuntas, karma, dusta, dan kebahagiaan juga harus dibalas tuntas. dan adira akan menanti hari di mana ia akan dibalas tuntas, sebab harapan adalah satu-satunya alasan mengapa manusia masih tetap ada hingga sekarang.