Satu diantara Kemungkinan-kemungkinan.

little bit angst, unrequited love.


Sunghoon tak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya ketika dirinya duduk canggung di sebuah kursi di dalam ruangan yang tertutup seorang diri.

Dia hanya melihat sekelilingnya yang terasa sangat hampa, kosong tak ada siapapun di sini selain dirinya yang di soroti cahaya, lighting dari si penyusun acara.

Sebetulnya dia tak begitu paham bagaimana dirinya bisa terjebak dalam situasi ini, dia tak tahu-menahu. Sunghoon hanya tengah duduk enteng dengan laptopnya menonton acara reality show kesukannya tiba-tiba di tarik teman sekalasnya untuk menjadi 'si pemberi kesan' dalam acara tahunan kampusnya.

Dia itu tipe orang yang tak bisa menolak sama sekali, selalu tak ada celah untuknya bisa menolak, perasaan tidak mengenakkan ketika hendak menolak permintaan seseorang itu kerap kali menghantuinya dan itu sangat menyiksanya, dia tak punya pilihan untuk menolak atau dia akan merasa bersalah dalam jangka waktu yang lama.

Teman sekelasnya membuat stand dimana seseorang akan secara acak masuk kedalam ruangan ini untuk di berikan kesan oleh sunghoon, atau hanya sekedar mengobrol santai, sunghoon sendiri tak begitu keberatan sebenarnya dia orang yang suka memperhatikan orang lain, meskipun bukan pembicara yang handal, dia hanya akan mengatakan apapun yang ada di dalam kepalanya sebisa mungkin.

Dan sebetulnya sunghoon tak habis pikir bagaimana stand seperti ini memiliki banyak peminat padahal isinya hanya mengobrol santai dan di berikan kesan atau pesan, apalagi bayarannya cukup mahal untuk anak perantau seperti sunghoon ini.

Lagi-lagi entah kenapa semakin lama sunghoon merasa semakin gugup, pemasaran orang seperti apa yang akan datang kepadanya kali ini, cukup lama dan itu membuatnya sedikit nervous. Tadi sunghoon sempat terkejut saat mendapati beberapa pentolan kampus datang duduk di depannya dan berbicara empat mata dengannya, sunghoon merasakan banyak perasaan baru ada beberapa diantaranya yang seringkali memberi aura mencekam yang mendominasi membuatnya sedikit takut, namun seiring dengan obrolan mereka itu perlahan menjadi lebih bebas, dia juga sempat bertemu dengan orang-orang yang sangat easy going meberi rasa nyaman untuk mengobrol sesekali bercanda untuk mencairkan suasana.

Dia dapat pengalaman baru dan ini cukup menyenangkan, karena dia dapat bertemu dan mengobrol dengan banyak orang.

Hal yang paling sulit di lakukannya dulu.

Merasa tenggorokannya agak serat sunghoon mengambil air minum yang sudah di sediakan khusus untuknya tepat di samping kursi yang dia duduki, tepat setelah dia meminum airnya lightingnya tiba-tiba padam dan membuat sunghoon buru-buru menyelesaikan acara minumnya dan memperbaiki posisi duduknya.

Seseorang masuk tetapi sunghoon belum bisa melihat wajahnya karena taka ada cahaya sama sekali di sini, sunghoon meremat kain celananya untuk menghilangkan rasa gugupnya, detak jantungnya berpacu lebih cepat, dia tak akan terbiasa dengan situasi ini.

Kemudian lampu kembali di nyalakan, sunghoon sedikit menutup matanya untuk mengurangi cahaya yang masuk ke matanya kemudian melihat dengan jelas sosok di depannya yang kini tersenyum canggung, dan sunghoon balas dengan senyum yang tak kalah kaku.

“Hai?” sapa orang itu lebih dulu.

“Halo.”

Pemuda itu tertawa sebentar, “Lo kaku banget.” sunghoon hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “Lee heeseung, gue heeseung, lo?”

Sunghoon mendadak kikuk, dia mendadak tak terpikirkan untuk memperkenalkan dirinya lebih dulu, “A-ah itu, sunghoon, Park Sunghoon.”

Pemuda bernama Lee heeseung itu kemudian mengangkat alis dan bahunya paham, “Okay, mr. Park.”

“Then?” lanjutnya membuat sunghoon sedikit bingung. Seolah mengerti dengan raut wajah sunghoon yang sekarang ini sepertinya terlihat seperti orang tolol yang tak paham apa-apa, “Kesan dan pesan lo ke gue, di depan sana tadi di tulis.”

Sunghoon kemudian kembali mengangguk paham dan pemuda itu justru tertawa melihat tingkah yang lebih muda terlihat sangat canggung, “take it slow, lo gak perlu buru-buru, lo bisa ngomong pelan-pelan gak perlu sampe keringatan kayak gitu.”

Sunghoon ingin membenturkan kepalanya ke lantai sekarang juga karena ketahuan sangat gugup sampai berkeringat, kemudian kembali tersenyum.

“Kita bisa ngobrol lebih dulu, pesan kesannya biar belakangan aja, i'll go first.”

Sunghoon tidak heran lagi kenapa Lee heeseung ini bisa jadi sangat terkenal menjadi idaman orang-orang, dia kelewat pengertian dan selalu mementingkan kenyamanan orang lain lebih dahulu.

“Gue lee heeseung, FISIP semester lima, hobi gue baca buku, gue lumayan jago di bidang atletik kayak futsal, basket, volly pokoknya bola kecil bola besar gue bisa.” dia tertawa sebentar, “kalau di non atletik juga lumayan lah gak buruk-buruk amat, nomor absen gue pas SMA delapan belas, apalagi ya.., oh gue prebem atau mungkin lo udah tau?”

Sunghoon mengangguk untuk pertanyaan terakhir, “Sekarang, lo bisa mulai bagian lo.”

“Park sunghoon, Pariwisata semester tiga.” ucapannya hanya terhenti sampai situ membuat heeseung mengangkat alisnya sebelah. “Saya gak tau harus perkenalan kayak gimana.” sunghoon meringis dalam hati dia terlihat sangat bodoh sekarang.

Lagi-lagi heeseung hanya tertawa kemudian mengangguk, “Gak apa-apa kita baru ketemu, maklum lo jelas gak tau harus ngapain karena kita baru kenal.”

“Lo bisa pake lo-gue gak perlu pake saya jangan formal-formal banget kayak lagi ngomong sama pejabat tinggi.”

“Maaf banget, gue bingung mau ngapain.”

“Gak usah minta maaf, lo gak salah apa-apa santai aja.”

“Kita satu sekolah pas SMA.” ungkap sunghoon kemudian membuat lelaki itu diam sebentar.

“Really? Lo anak SMA Garuda juga?” Sunghoon hanya mengangguk.

“Gue sering liat lo jadi pemimpin upacara tiap senin, jalan kesana-kemari keliling sekolah pakai alameter osis, nama lo sering di sebut-sebut guru sebagai contoh siswa teladan, seksi sibuknya sekolah apalagi kalau ada acara sekolah di jamin lo bakal jadi yang paling sibuk di banding kepala sekolah, kebanggaan SMA Garuda, the perfect one.”

Sunghoon bisa liat senyum cerah menghiasi wajah heeseung sepanjang dia bercerita, “Gue gak sebegitu, i'm not the perfect one.”

“Mungkin cuma sebagian kecilnya, dan lo kayaknya tahu banyak tentang gue.”

“Kebanggaan sekolah sendiri masa gak kenal.”

“Gak banyak anak SMA Garuda yang lanjut kuliah di sini dan awalnya gue yakin kalau gue kenal keseluruhannya, tapi kayaknya gue ngelewatin satu orang.” heeseung terlihat sedikit canggung setelahnya dan sunghoon hanya mengangguk paham.

Dia tak tersinggung sama sekali, pun tak ada gunanya jika dia tersinggung. Meskipun itu mengenai hatinya sedikit. “Wajar, gue bukan siswa yang menonjol, gue malah bersyukur gak begitu banyak yang kenal gue.”

“Kenapa?”

“Gue cuma, gimana ya jelasinnya, gue cuma pengen jadi sunghoon yang baru, makin sedikit orang yang kenal gue makin tenang hidup gue, dan makin sedikit yang kenal sama gue, gue bisa ngebatasin orang-orang yang boleh masuk di hidup gue kayak lo tahu people getting weird day by day.”

i see, lo ternyata cukup hati-hati dan tertutup padahal kalau di lihat dari wajah lo, lo keliatan anak yang terbuka sama siapa aja tapi ya kadang orang yang kelihatan kayak gitu belum tentu beneran kayak gitu.”

“Gue boleh tanya kenapa lo milih masuk jurusan pariwisata.”

Lagi-lagi sunghoon hanya bisa mengangguk, sekarang justru dia yang malah kelihatan seperti klien, “Dari kecil gue bukan orang yang sering pergi-pergi gitu, tapi gue tertarik sama banyak-banyak tempat di dunia, setelah itu gue pengan jadi guide tour berinteraksi sama orang asing itu menarik banget buat gue, dan ya gue mungkin punya peluang yang lebih besar di jurusan ini.”

“Lo beneran punya pekuang besar, gak usah ragu-ragu gitu ngomongnya, jangan pesimis.”

“Lo mau cerita apa lagi? biar gue yang dengerin lo, gue bisa jadi pendengar yang baik. Mau lo curhat juga gak apa-apa, lo dari tadi dengerin cerita orang terus biarin kali ini gue yang dengerin lo, ayo.”

Sunghoon menahan senyumnya dia juga rasanya ingin menangis mendengar ada seseorang yang mengatakan hak seperti ini padanya membuat sesuatu di dalam hatinya sedikit tergerak. “Gue boleh jujur-jujuran?”

“Sure, why not.”

i have crush on you on high school, itu sekitaran semester dua kelas sepuluh, waktu itu lo kelas sebelas gue lumayan tahu banyak hal tentang lo karena itu, gue sering curi-curi pandang.”

“Lo bener-bener orang yang selalu ngebuat gue ngerasa kayak wah banget, dulu tiap ngeliat lo itu kayak sumpah gue suka mikir, orang ini boleh jadi punya gue sih, but now semuanya udah lebih terkontrol gue udah berhenti.”

Sunghoon kembali menerawang dirinya saat SMA dulu dimana dia masih sering curi pandang dengan kakak kelasnya yang bernama lee heeseung, selalu beridiri paling depan saat upcara agar bisa leluasa melihat heeseung yang selalu menjadi pemimpin upacara, datang sangat pagi dan menunggu di halte tepat di depan sekolah menunggu heeseung lewat dengan motornya lalu dengan buru-buru berjalan masuk agar bisa mengikut di berjalan di belakang heeseung saat di koridor sebisa mungkin berjalan tanpa suara agar tidak ketahuan.

Mengintip di balik jendela ketika heeseung lewat, atau sekedar mencari alasan seperti membuang sampah keluar kelas agar bisa melihat heeseung yang tengah olahraga di tengah lapangan bersama teman kelasnya.

“Kenapa berhenti?”

Heeseung menanti cukup lama untuk mendapat jawaban dari pertanyaannya kali ini, tidak menampik jika dia sedikit penasaran dengan jawaban dari seseorang di depannya, orang di depannya ini selalu punya kejutan di setiap jawaban yang dia berikan dari pertanyaan heeseung.

“Karena gue sadar, ada batas yang jelas antara gue sama lo. Jujur gue takut buat ngebanyangin bisa ngobrol berdua sama lo kayak gini rasanya kayak gak nyata.”

“Gue sering berandai gimana jadinya kalau gue sama lo ya pasti gue bakal seneng banget dan mendeklarasikan diri gue sebagai orang yang paling beruntung, tapi sedetik setelahnya waktu gue ngeliat lo lagi ada banyak mata yang juga ngeliat ke elo, tatapan yang sama kayak yang gue punya.”

“Itu ngebuat gue sadar banyak hal, yang mau elo itu bukan cuma gue. Apalagi ngeliat orang-orang yang juga suka sama lo rasanya gue ada di barisan paling belakang, gue bukan anak populer, gak pinter, gak punya prestasi bisa-bisanya halu buat jadi pacar lo gue terlampau biasa buat lo dan itu gak mungkin banget.”

“Singkatnya sih gue sadar diri, itu udah cukup buat gue berhenti sebelum nelan lebih banyak kenyataan pahit yang gak seharusnya gue tau.”

Heeseung di buat terdiam dengan jawaban sunghoon, anak itu dia selalu punya kejutan di tiap detiknya membuat heeseung kehilangan banyak kata di kepalanya, sunghoon dia lebih dari apa yang dia bayangkan.

Sunghoon itu terlalu realistis, tak mau banyak berharap, dia tahu bagaimana caranya untuk menahan dirinya agar tak jatuh kedalam jurang bernama ekspektasi.

Dan bagaimana tatapan canggung yang tadi menatapnya saat pertama kali masuk keruangan ini itu kini berubah menjadi tatapan yang lebih mantap dan tak ada keraguan di dalamnya, membuat heeseung diam-diam tersenyum dalam hati.

Orang yang lebih banyak diam dan menyembunyikan diri dari dunia luar itu memang sebuah kejutan, heeseung tak bisa membaca pikirannya karena orang itu memang sama sekali tidak tertebak.

“Gak perlu merasa bersalah, jangan di jadiin beban, gue cuma mau ngungkapin hal yang gue fikir gak bisa gue ungkapin sepanjang hidup gue, that amazing.

“Dua puluh menit terakhir.” sebuah suara menginterupsi membuat sunghoon dan heeseung saling pandang.

“Gue udah bisa kasih pesan dan kesan buat lo, seperti kebanyakan yang lo tahu the perfect one, lo selalu bisa mengontrol orang lain tanpa ngebuat mereka ngerasa terintimidasi, dan dari obralan tadi ini momen yang berharga buat gue lo ngasih gue kesempatan buat cerita lo mau dengerin gue, dan lo sama sekali gak nuntut apa-apa.”

“Pesannya, bentar lagi lo KKN.” sunghoon tertawa di akhir kalimatnya yang di sambut gelak tawa dari heeseung.

“Padahal gue udah lupa, tapi lo malah ngingetin.”

“Lo gak ketebak, dan gue sama sekali gak bisa nebak apapun soal lo, kayak lo beneran hal baru yang jarang gue temuin, I'm so lucky to be able to have such casual conversation with the person who once had a crush on me.

“Lo ngebuat gue sadar kalau gue harus lebih realistis kayak lo, gue suka sama cara berfikir yang bener-bener realistis dan lo mau damai sama realita yang kadang memang gak pernah sesuai dengan kemauan kita.”

Time is almost up, I just want to say thank you for ever paying attention to me, trust me you are amazing, just let go of thoughts about you that are too ordinary, you are great for being brave choose your own path, you don't doubt yourself and that is the important point.

Sunghoon hanya tersenyum, sembari memperhatikan heeseung yang mulai bersiap untuk pergi dari tempatnya, “this is the best day i can meet you, semoga lain kali kita bisa ketemu lagi dan bicarain lebih banyak hal lagi, See you Park sunghoon.”

See you.

Sunghoon menatap punggung heeseung yang perlahan mulai menjauh, diam-diam tersenyum, dia berdamai dengan dirinya sendiri.

Lampu itu kemudian kembali mati lalu sedetik kemudian kembali hanya menerangi sunghoon seorang diri yang masih terduduk, sembari menunduk sunghoon tertawa menyadari air matanya mengalir begitu saja.

Sunghoon pernah begitu menginginkan lee heeseung dalam hidupnya, tapi dia tak pernah berani memimpikannya karena rasanya sangat tidak mungkin.

Selamanya Lee heeseung akan menjadi bulan yang sangat terang dan sunghoon juga selamanya hanya akan menjadi salah satu dari ribuan bintang yang mengliling bulan.

Sunghoon hanya sebuah cahaya redup diantara ribuan cahaya yang bersinar terang.

Sunghoon dan heeseung itu hanya salah satu diantara kemungkinan-kemungkinan yang tidak akan pernah terjadi.

anouzume ©2021