Part of kama sutra — ketiga
“heeseungie, hoonie mau lagi.”
tak ada jawaban dari heeseung ketika kalimat itu keluar dari bibir si manis dengan wajah berkeringat, memerah menahan gairahnya yang masih menggebu-gebu.
dia memilih untuk melepaskan tautan mereka membuat sunghoon melenguh—merengek tak terima ketika milik heeseung tidak lagi memenuhinya.
“k—kenapa di keluarkan?”
heeseung tak menjawab kali ini duduk berhadapan dengan sunghoon yang kini menghadapnya dengan kedua kaki bertumpu pada paha memperlihatkan penis kecilnya yang memerah menegang malu-malu.
“lebih dekat sayang.” ucap heeseung dengan suara seraknya membuat sunghoon mengerjap sebentar.
selama menjalani kehidupan kotor—erotis nya sunghoon tak pernah mendapati partnernya memanggilnya dengan sebutan seperti itu, ini pertama kalinya dan sunghoon bisa merasakan pipinya memanas dengan gairah yang kembali memuncak.
“u-uuh.” sunghoon kebingungan otaknya mendadak berhenti bekerja.
“kubilang lebih dekat, apa itu kurang jelas.”
“sebut lagi.”
“lebih dekat sunghoon.”
si manis menggeleng, “yang tadi, panggil seperti yang tadi.”
heeseung menaikkan sebelah alisnya menatap sunghoon dengan smirknya, “saya bukan cenayang yang bisa langsung menebak kata yang kamu maksud.”
“u-uuh ituuuu, panggil itu...”
“lebih jelas sunghoon atau kamu saya tinggalkan.”
“sayang, panggil sayang lagi.”
heeseung tertawa puas dalam hati, “sunghoon sayang kemari duduk lebih dekat.”
sedetik kemudian sunghoon sudah duduk diatas pangkuan heeseung mengalungkan kedua tangannya dengan erat memyembunyikan wajahnya di perpotongan leher sang dominan, menghirup aroma parfum heeseung yang tertinggal di tubuhnya meskipun mereka telah melewati beberapa jam yang panas dan penuh keringat.
sunghoon tak bisa lagi untuk menjelaskan bagaimana rasanya ketika heeseung balas memeluk pinggangnya dengan erat dan mengecup pelipisnya beberapa kali, dadanya di penuhi perasaan membuncah, seolah sesuatu di dalam perutnya meletup-letup.
“aku harus melanjutkan pekerjaanku, masih banyak yang harus aku lakukan.” heeseung hendak beridiri tetapi sunghoon menahannya dengan kembali mengeratkan pelukannya.
“ikut, aku bisa duduk di pangkuanmu selama kau mengerjakan perkejaan sialanmu itu.” sunghoon mendengus di akhir kalimatnya.
heeseung sendiri tak banyak bertanya langsung mengangkat tubuh sunghoon yang cukup ringan, membawanya keluar dari ruangan itu menuju ruang kerjanya yang beberapa jam lalu sempat terlupakan.
•••
sunghoon menumpukan kepalanya di pundak heeseung menatap rak-rak buku yang mengelilingi ruangan ini dengan tangan yang masih memeluk heeseung erat, kakinya yang menggantung beberapa kali di goyangkan kesana kemari untuk menghilangkan rasa bosan karena heeseung benar-benar fokus bekerja dengan sunghoon di pangkuannya.
mereka masih bertelanjang bulat, omong-omong.
si manis menatap bosan matanya mengerjap mengantuk beberapa kali, sunghoon tak suka buku dan tidak akan pernah menyukainya, maka bisa di simpulkan dengan jelas bahwa sunghoon tak menyukai ruangan ini.
namun lain cerita jika dia harus duduk di pangkuan heeseung tanpa pakaian, rasanya ini bisa jadi ruangan favoritnya jika mereka kembali melakukan kegiatan sebelumnya di ruangan ini, seperti rimming contohnya.
membayangkannya saja sudah membuat sunghoon basah, apalagi penisnya yang sedari tadi cukup tegang tapi sunghoon bisa menahannya, dia harus bertindak pelan-pelan.
sebetulnya banyak sekali pertanyaan yang bercabang di kepalanya tentang pemuda yang tengah memangkunya ini, diam-diam sunghoon memperhatikannya. heeseung punya rahang tegas, hidung mancung, mata besar, dan bibir yang sexy, dada yang bidang sunghoon bisa bersandar dengan nyaman di sini.
padahal jika dulu dia di suruh untuk menjelaskan tentang lee heeseung dia hanya akan menjawab,
“si kacamata besar idiot yang membiarkan dirinya di tindas para bajingan menjijikkan di dalam kelasnya.”
dan sekarang jika di lihat mereka benar-benar dua orang yang berbeda, sangat jauh berbeda.
“kau tidak bosan menatapku seperti itu?” sunghoon kemudian menatap heeseung yang kini sedikit menunduk untuk menatapnya.
“tidak, kau tampan sangat tampan tapi akan lebih tampan jika kita melakukan sesuatu yang seperti tadi misalnya?” sunghoon berucap santai sambil tangannya bermain di wajah si tampan.
“hormon mu meledak-ledak tak terkendali.”
“kau yang membuatnya kehilangan kontrol, jadi kau harus bertanggung jawab.” sunghoon sengaja bergerak menggesek penisnya pada paha heeseung membuatnya mengerang tertahan.
heeseung berdecak sebentar sebelum kemudian menarik sunghoon untuk berhadapan dengannya menatap tepat pada matanya yang memohon seperti anak kucing, benar-benar tidak terkontrol.
dia kemudian meraih lengan sunghoon untuk di kalungkan lagi pada lehernya, menatap lekat sunghoon yang juga tanpa henti menatapnya, tangannya bergerak pelan mengusap kulit lembut sunghoon membuat sang empu mengerang kecil.
usapan-usapan itu kemudian terus merambat semakin keatas dari bawah pinggang hingga di depan dada sunghoon, tangan heeseung kemudian meletakkan kedua tangannya di dada sunghoon.
heeseung berhenti lalu menatap sunghoon serius, “ikuti aku.”
si tampan itu kemudian mempertemukan kening mereka, saling bertemu menatap satu sama lain dalam. heeseung meremas sensual dada sunghoon kemudiam menghirup dan menghembuskan nafasnya.
entah tau dari mana sunghoon mengikutinya menghirup dan menghembuskan nafasnya seiringan dengan heeseung.
sunghoon tak pernah melakukan ini sebelumnya, hanya dengan remasan dan hembusan nafas sensual sunghoon merasa dirinya hampir gila tubuhnya panas seolah terbakar, apalagi tatapan dalam heeseung benar-benar menghipnotisnya.
heeseung tak melakukan apapun kecuali meremas dadanya sensual tapi rasanya sunghoon hampir sampai dengan hirup dan hembusan nafas erotis itu, rasanya seperti melayang.
“hh-heeseung, haahh ugh.”
heeseung menikmati setiap gerakan tangannya yang meremas dada sunghoon, menikmati tiap desahan yang keluar dari bibir sunghoon, sangat menggoda membuat sesuatu di dalam dirinya bangkit.
“angh, enak huhu heeseung lagii.”
heeseung tak banyak bertanya dia hanya melakukan apa yang di minta sunghoon, hembusan nafas mereka masih terus beriringan bersama dengan tatapan yang saling menyelami iris masing-masing.
rasanya heeseung hampir gila melihat sunghoon dengan nafas putus-putus mendesah kenikmatan di depan wajahnya sambil terus menatapnya.
“little slut.” sunghoon mengangguk hendak mencium heeseung namun heeseung menghindarinya.
“sayang.” nafsunya kian tidak terkontrol ketika heeseung berucap sambil menatapnya dalam.
“hh-heeseung.”
“little slut atau sayang?”
“s-sayang.”
“sayang mau keluar?”
sunghoon mengangguk ribut bagai lampu hijau untuk heeseung, membuat remasan di dada sunghoon semakin sensual dengan hembusan nafas yang teratur.
hidung mereka bersentuhan heeseung bernafas pelan di depan wajah sunghoon sehingga sunghoon bisa merasakan hembusan nafas hangat heeseung menerpa kulitnya.
sunghoon merasa aneh, dia tidak mengerti dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa dia hampir sampai ketika heeseung sama sekali tidak memasukinya.
dan tepar ketika heeseung menciumnya dengan pelan, tubuh sunghoon merespon dengan getaran lemah dia sampai pada putihnya dengan ciuman heeseung.
setelah beberapa menit dengan ciuman panas mereka heeseung melepaskan tautan mereka secara sepihak membuat sunghoon hendak meraih heeseung kembali dengan merengek tidak terima.
“seharusnya kamu yang memuaskan saya, bukan malah sebaliknya.” heeseung terkekeh sebentar kemudian menyisihkan rambut sunghoon yang lepek karena keringat.
“Aku bahkan bisa melayani semalaman.”
•••
sunghoon mengerjap pelan mengucek matanya ketika baru bangun dari tidurnya, sepertinya dia tertidur sangat lama karena ketika dia bangun heeseung sudah tidak ada ada di sampingnya.
dengan buru-buru sunghoon meraih celana pendek dan kemeja kebesaran yang ada di lemarinya, berjalan dengan cepat-cepat berjalan melewati akuarium berisikan hewan ganas yang masih membuat sunghoon merinding melewatinya dia bahkan tak berani melirik, namun persetan mencari heeseung lebih penting saat ini tudak peduli dengan bagian bawahnya yang masih terasa nyeri dia berjalan cepat-cepat menelusuri anak tangga mansion yang sialnya sangat panjang, sunghoon merutuk dalam hati.
“hadang mereka di perairan manila jangan sampai lepas, ingat jangan sentuh mereka sebelum saya sampai.”
tepat setelah kalimatnya selesai heeseung mematikan telfonnya secara sepihak, kemudian berbalik menatap sunghoon yang beridiri tak jauh dari sampingnya bertopang dagu pada pembatas anak tangga terakhir.
heeseung tersenyum sebentar kearahnya lalu berbalik hendak keluar membuat sunghoon melotot, apa-apaan?
“kau mau kemana?”
“bruke akan mengantar saya ke bandara sekarang.”
“hah?”
“saya harus buru-buru.”
sunghoon mengikuti langkah kaki heeseung keluar dari mansion, bruke —lelaki berkulit gelap yang di temuinya beberapa waktu lalu, telah menunggu heeseung dan membukakan pintu membiarkan heeseung masuk kedalam sana.
“kau meninggalkanku?!” ucapnya gak terima.
“aku akan kembali dalam 20 jam.”
dan tanpa menunggu balasan sunghoon mobil sedan hitam itu telah melaju meninggalkan sunghoon di dalam mansion di tengah hutan.
sunghoon kemudian menatap sambil mendengus memandangi seluruh bagian mansion saat di lihat dari luar, beberapa pelayan berlalu lalang. rasanya cukup aneh ketika sunghoon menyadari dalam sekejap mata kehidupannya seolah berubah total, tapi toh dia tidak peduli-peduli amat.
mobil sedan berwarna silver tiba di depan mansion saat sunghoon hendak masuk yang mana membuatnya segera berbalik menatap mobil itu behenti kemudian sosok wanita dengan sepatu boots dan jaket kulit keluar dari dalam mobil itu.
“w-wow santai, turunkan senapan kalian sebelum aku melubangi kepala kalian lebih dulu.”
gadis itu memgakat kedua tangannya menatap keatas sana membuat sunghoon ikut melihat, matanya sedikit membola ketika mendapati beberapa pengawal mansion menodongkan senapan dari celah-celah dinding mulai menurunkan senapannya membuat sunghoon mengerjap pelan, semuanya terjadi dengan sangat cepat.
wanita itu kemudian menatap sunghoon dari atas sampai bawah dengan tatapannya tajamnya, membuat sunghoon merasa tidak nyaman.
“pemandangan seperti ini adalah hal yang biasa, tak perlu seperti itu dan jangan menatapku seperti kau habis melihat hantu.” ucap gadis itu panjang lebar.
lalu berjalan santai kemudian merangkul sunghoon sok akrab berjalan masuk kedalam mansion, para pelayan menunduk padanya dan sunghoon mulai paham orang ini adalah kenalan heeseung.
“aku tak menyangka dia benar-benar membawamu kemari.”
“maksudmu?”
“kau tidak sadar ya jika lelaki sialan itu tengah menyandramu?”