— Part of Kama Sutra
nsfw, sex, smut, anal sex, foreplay, read own your risk.
Pemuda itu terlentang sambil menatap langit-langit kamar, berguling kesana-kemari diatas kasur king size guna menghilangkan rasa bosannya, si manis berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar sarat akan rasa bosan.
Kemudian kembali berguling ke sisi lain tempat tidur yang bersebelahan dengan jedela kaca, pemuda itu duduk kemudian membuka jedela dengan pelan.
Tak ada yang berubah rasa bosannya juga tak kunjung hilang, memang apa yang dia harapkan di depan sana? pemandangan pantai dengan ombak yang saling bersahut-sahutan atau pemandangan kota dari atas tempat tinggi? yang ada hanya pepohonan besar tua yang mana menambah kesan seram pada tempat ini, sunyi tak ada kebisingan kota metropolitan tak ada suara bising kendaraan dan tak ada polusi udara.
hanya saja baginya ini tetap menyeramkan membangun sebuah mansion megah di tengah hutan.
terhitung sudah tiga hari sunghoon mendekam di dalam mansion ini, tiga hari dia tak melihat hiruk-pikuk perkotaan dan sudah tiga hari pula sunghoon tidak masuk sekolah, entah ini sebuah keberuntungan atau kesialan karena dia terkurung di dalam kastil di tengah hutan.
Walaupun membosankan tapi sunghoon akui tinggal di sini bukanlah pilihan yang buruk, di sini semua keinginannya terpenuhi.
Ngomong-ngomong tentang si pemilik mansion ini, si cup— ah maksudnya Lee heeseung itu tak pernah memunculkan batang hidungnya selama dua hari ini, seolah habis melakukan malam panas dengannya dan kemudian menghilang begitu saja.
Meskipun para maid dan kepala pelayan mansion ini selalu mengatakan dia ada di sini dan sedang tak ingin di ganggu, sunghoon sudah menyusuri hampir seluruh sudut mansion ini tapi dia tidak menemukan dimana tanda-tanda keberadaan heeseung.
Bicara tentang pemuda itu sunghoon tidak tahu apakah dia masih bisa memanggil pemuda itu dengan sebutan si cupu dengan kaca mata besarnya atau tidak karena pada faktanya dia justru tak berdaya dan malah mendesah keras di bawah kukungan heeseung meminta lagi-lagi agar pemuda itu terus menggagahinya.
Tak lama setelahnya kepala pelayan mansion milik heeseung datang mengetuk pintunya membuat sunghoon langsung bergegas membukakannya, lelaki kulit hitam dengan tubuh kekar itu membawa empat kantung snack dari supermarket terkenal.
“Tuan heeseung menyuruh saya untuk membawakan anda ini.” jelasnya membuat sunghoon hanya mengangguk kemudian mempersilahkan pemuda itu untuk menaruh kantung-kantung plastiknya di dalam kamar.
“Dimana heeseung?” tanyanya yang mana membuat lelaki berkulit gelap itu menatapnya cukup lama.
“Dia ada di sini.”
“Kau selalu mengatakan itu padaku, tapi aku tak pernah melihatnya sama sekali!!” balasnya sedikit kesal.
“Aku ingin bertemu dengannya.” kalimat itu keluar dengan pelan dari mulut sunghoon.
lelaki berkulit gelap itu lantas langsung membuka lebar pintu kamarnya membuat sunghoon membelak kaget karena pintu itu tiba-tiba terbanting cukup keras.
“Lampu di nakas itu, geser ke kiri.” ucapnya serius sembari menatap lampu tidur yang ada di meja nakas samping tempat tidur.
Belum sempat sunghoon bertanya lebih lanjut pria berkulit gelap itu sudah pergi lebih dulu meninggalkannya.
Mau tak mau membuat sunghoon berbalik menatap lampu di meja nakas itu, menelengkan kepalanya mengamati benda tersebut matanya mengerjap beberapa kali, masih memproses semua kalimat dari si kepala pelayan.
Sunghoon menutup pintu kamarnya sebelum berjalan menuju ke meja nakas itu, kemudian memegang lampu itu lalu menggesernya kearah kiri, sunghoon terkejut ketika lampu itu bergeser seperti tuas yang menarik sesuatu di dalam laci.
Belum sempat sunghoon memproses semuanya dia kembali di kejutkan ketika lantai di samping meja itu kini terbuka memperlihatkan puluhan anak tangga yang entah menuju kemana.
Sunghoon tersenyum lebar, jadi heeseung ada di bawah sana?
Kaki putih jenjang itu melangkah dengan pelan menuruni setiap anak tangga, cahaya remang-remang menambah kesan misterius sepanjang anak tangga ini.
Sunghoon memegangi ujung kemeja putih polosnya, tubuhnya sedikit menggigil, sunghoon bisa merasakan dingin yang menembus kulit kakinya yang tidak di balut apapun.
Semakin jauh kakinya melangkah sunghoon mendapati cahaya itu semakin terang, tepat setelah sunghoon menginjak anak tangga terakhir dia bisa melihat sebuah ruangan dengan cahaya yang cukup terang dengan rak-rak buku mengelilinginya.
Sunghoon kemudian tersenyum ketika menatap punggung lebar heeseung yang membelakanginya, dia terlihat sibuk dengan kertas-kertas dan laptop di hadapannya sehingga tidak menyadari kehadirannya.
Pemuda itu berjalan pelan sebisa mungkin tidak menimbulkan bunyi.
Heeseung tersentak ketika melihat sebuah tangan menggeser tumpukan kertas dan laptopnya dari atas meja, yang sekarang tergantikan dengan sosok pemuda yang dengan santainya duduk diatas mejanya, heeseung sedikit mendongak menatap pemuda yang kini menatapnya dengan tatapan tidak bersalahnya.
“Where are your panties?”
“Tidak memakainya.” sunghoon kini mengalungkan tangannya di leher heeseung sambil memainkan kakinya yang tak sampai ke bawah lantai.
“Dengan alasan apa?” matanya menatap lekat binar bening milik sunghoon.
Si manis justru memajukan wajahnya tanpa aba-aba menjilat cuping telinga heeseung kemudian terkikik gemas, “Kau tidak lihat aku sedang menggodamu?”
“Entalah, mungkin iya mungkin juga tidak.” jawab heeseung yang tangannya kini telah melingkar apik di pinggang si manis.
“Kau mengabaikanku, aku tidak di pesan hanya untuk di tinggalkan begitu saja dalam kastil di tengah hutan ini.”
“Kau menyebut ini kastil?” jawaban dari sang dominan membuat sunghoon mengangguk cepat, “Padahal ini rumah pelarian biasa.”
Sunghoon tak lagi menghiraukan kalimat itu ketika merasakan heeseung mulai bermain di sekitar lehernya, memberi kecupan-kecupan ringan kemudian menjilatnya tanpa berniat melakukan sesuatu yang lebih.
“Kenapa tidak memberikan tanda?” tanyanya kemudian.
Sang domiman kini menghentikan aktivitasnya lalu menatap sunghoon dengan senyum tipis, “Aku ingin memberikan tanda di tempat lain.”
Sunghoon melenguh pelan ketika heeseung kini mengangkat kaki kirinya ke pundaknya kemudian mengecup setiap setinya dengan pelan sampai ke pahanya, kecupan itu semakin dalam menuju paha bagian dalamnya kemudian berhenti tepat di depan selangkangannya yang tidak di balut apapun.
“Hhngh.” erangan itu lolos begitu saja ketika heeseung mengecup pelan area sekitar selangkangannya.
Sunghoon mendapati dirinya hampir kehilangan kewarasan ketika heeseung mengcup-ngecup penisnya dengan pelan memberikan sesasi yang perlahan mulai membakar tubuhnya.
“A-ahk.” sunghoon terkejut ketika heeseung tanpa aba-aba menggigit kemudian menghisap paha dalamnya lama hingga menimbulkan bekas.
Heeseung menatap bekas gigitannya yang mulai berwarna mengusapnya pelan kemudian berguman, “Indah.”
Paha mulus seputih porselen itu kini berubah agak kemerahan ketika heeseung dengan sengaja meremasnya kuat membuat sunghoon melenguh tertahan.
Sang submissive itu kemudian meraih wajah heeseung untuk menciumnya namun pemuda itu justru menghindarinya, sunghoon yang mulai kalang kabut dengan nafsunya mencoba berkali-kali untuk mencium heeseung namun pemuda itu selalu berhasil menghindarinya.
“Tidak ada ciuman, itu hukuman karena menganggu pekerjaanku.” heeseung meletakkan jari telunjuknya di depan bibir sunghoon.
Dan tanpa di duga si manis justru menjilat jari heeseung dengan gerakan yang cukup erotis, heeseung tak ambil pusing dia mengikuti alur permaninan si manis dengan menambahkan satu lagi jarinya untuk di kulum.
Sunghoon beberapa kali tersedak ketika jari panjang heeseung berhasil menyentuh tenggorokannya, “Mmffhh.”
Benang silva itu tercipta ketika heeseung menarik paksa jarinya keluar dari dalam mulut sunghoon, kemudiam membuka lebar pahanya memperlihatkan lubangnya yang mulai basah dan penis kecil sunghoon yang memerah mulai menegak lucu.
Heeseung mengecup pelan penis lucu itu sebelum kemudian tanpa aba-aba memasukkan kedua jarinya kedalam lubang berkedut sunghoon, si manis berteriak terkejut ketika jari panjang heeseung masuk kedalamnya tanpa aba-aba.
Meskipun pada awalnya memang dia kaget lama kelamaan sunghoon mulai menikmati bagaimana jari panjang itu keluar masuk dari dalam lubangnya sesekali menyentuk titik manisnya yang membuatnya mendesah frustasi.
“A-ahhh hngg h-heeseungie~”
Heeseung mengeluarkan semua jarinya dari dalam lubang sunghoon yang mana membuat sang submissive melengeuh kecewa ketika kenikmatannya berhenti begitu saja, sunghoon tak banyak bertanya ketika heeseung menyuruhnya berbalik menaikkan kedua kakinya keatas meja, si manis melenguh kedinginan ketika kulitnya bersentuhan dengan meja kaca.
Heeseung masih di kursinya tak bergerak sedikitpun dari sana sejak tadi sedangkan sunghoon di hadapannya kini telah berbalik dengan pantatnya yang sedikit terangkat membuatnya terlihat seperti menungging yang mana memperlihatkan lubangnya yang berkedut lucu mengundang heeseung untuk segera melesakkan lidahnya kedalam sana.
“Hhhh h-hhsungie ah lagi.” sunghoon menggila ketika merasakan benda lunak tak bertulang itu menorobos masuk kedalam lubangnya.
Sunghoon kini semakin terangsang ketika melihat pantulan dirinya ketika melihat pantulan dirinya di balik kaca diantara rak-rak buku, diamana dirinya dengan wajah memerah berkeringat dan tubuhnya sedikit menungging di tambah lagi wajah heeseung yang tenggelam di belahan pantatnya.
“Mmhh m-mau cium, heeseung mau cium.” sunghoon berkali-kali menjilat dan menggigit bibirnya sendiri ketika lidah heeseung masuk begitu dalam, sungguh sunghoon rasanya ingin gila tidak mendapat ciuman sama sekali, dia mau bibirnya juga di mainkan, mau bibirnya di puaskan juga.
Heeseung itu tidak pernah memberikan aba-aba ketika melakukan sesuatu, juga ketika dia melepaskan semua sentuhannya pada sunghoon kemudian merapikan kemejanya yang sedikit kusut, beridiri dari tempatnya kemudian meninggalkan sunghoon yang hampir menangis karena merasa dirinya di permainkan.
Pemuda itu kemudian menatap sunghoon yang masih setengah menungging menatapnya dengan mata berkaca-kaca seperti anak anjing yang tengah menatap tuannya.
“Aku akan memberikan semuanya termasuk ciuman, jika kau mengikutiku.”
“Ahhk, hiks hhung hisunghh lebih dalam.”
Sunghoon mendesah frustasi sampai menangis merasakan semua kenikmatan yang diberikan heeseung untiknya secara percuma, setiap hentakan yang di berikan heeseung untuknya membuatnya melayang kehilangan kewarasan.
Geraman tertahan heeseung membuatnya menggila, tubuhnya di peluk erat dari belakang untuk menahan tubuhnya agar tetap tegak berkali-kali terhendak kedepan sesuai dengan tempo yang di berikan oleh heeseung.
Kedua tangannya memegang pinggang heeseung kebelakang, sedangkan heeseung memeluknya dengan erat wajahnya di sembunyikan di perpotongan leher sunghoon.
Kecup
Jilat
Gigit
Dan hisap
Itu di lakukan berulang kali hingga leher sunghoon kini di penuhi dengan ruam merah, satu tangan heeseung kini terangkat beralih untuk memasukkan dua jarinya kedalam mulut sunghoon yang di terimanya dengan suka cita.
“Mmffh ahhhng.”
“c-ciumm hng hisungghh hunnie mau cium please, hiks.”
Sang dominan kini mengeluarkan jarinya dari dalam mulut sunghoon, kemudian kembali membuat tubuh keduanya semakin tidak punya jarak, lalu meraih ranum sunghoon yang tak berhenti mendesahkan namamya sedari tadi.
Menciumnya dengan samgat dalam tanpa memgurangi kecepatan temponya di bawah sana, masih tetap konsisten menyentuh titik manis sunghoon yang membuat sesekali menedesah di sela-sela ciuman panas mereka.
Tubuh lengket dengan peluh, rambut lepek dan tubuh melemas ini semua membuat sunghoon kehilangan kewarasannya ketika heeseung dengan sengaja mengeluarkan penisnya sampai pangkal kemudian kembali menusuknya dengan satu kali hentakan.
Semua ini membuatnya gila, sunghoon sudah beberapa kali tidur dengan orang yang berhasil menyewanya dengan harga fantastis di luar nalar tapi tidak ada yang membuatnya mendesahkan namanya hingga mengeluarkan air mata karena saking nikmatnya apa yang dia berikan kecuali dengan heeseung.
Siapa yang menyangka bahwa lee heeseung samsak tinju teman kelasnya ini justru membuatnya menangis kenikmatan mendesahkan namanya berkali-kali agar terus menumbuk titik kenikmatannya tanpa henti.
Bahkan rasanya sunghoon tak masalah jika harus terkurung di dalam mansion di tengah hutan ini untuk membuka pahanya lebar agar heeseung terus menyetubuhinya hingga keduanya lelah kemudian melanjutkannya di hari lain.
Sunghoon rela mengangkang lebar demi heeseung.
“Ahh lebih dalam uhh hisungg mau keluar hiks hunie mau keluar~”
Posisi mereka tak berubah hanya tangan heeseung yang kini mengocok penis mungil sunghoon yang mulai berkedut menandakan sebentar lagi akan menuju titik putihnya.
Tubuhnya di peluk erat dari belakang, titik manisnya di tumbuk berkali-kali, sunghoon mulai bisa merasakan penis heeseung yang perlahan mulai membesar di dalamnya.
“H-hhsungie~”
“Bersama sayang.”
“AHH HEESEUNG.”
“H-hoon.”
Hingga pada tusukan kelima sunghoon mengeluarkan putihnya mengotori seprai yang berwarna merah marun, sedangkan heeseung keluar di dalamya, sunghoon bisa merasakan cairan putih itu di dalamnya rasanya aneh dan lengket mulai mengocok perutnya.
Heeseung terengah menumpukan kepalanya di bahu sunghoon kemudian mengecupnya ringan dengan nafas yang masih tidak teratur.
Si manis memiringkan kepalanya untuk melihat heeseung, menarik wajahnya untuk berciuman sebentar saling melumat menimbulkan kecipak basah yang menggairahkan.
Di tengah ciuman panas mereka sunghoon mengarahkan tangan heeseung yang memeluk erat pinggangnya beralih kedadanya untuk meremasnya membuatnya kembali mendesah kecil dalam ciuman mereka.
“Heeseungie hunnie mau lagi~”
PLSSS TOLONG AK GATAU NULIS APAAN
GAK NYAMBUNG TAPI GAPAPA TTP PERCAYA DIRI
Fyi, alasan kenapa book ini di kasih judul kama sutra kalau kalian search google pasti ketemu jawabannya, jadi ya ini isinya kalau bukan ngewita ya hampir ngewita
:)