Office
Come here Sit on my slap kitten
Panik
Pemuda dengan setelan kantoran itu panik ketika melihat balasan pesan dari bos-nya, dia melirik takut-takut kearah bos-nya, si manis itu mengumpat dalam hati ketika mendapati sang bos kini menatapnya tajam sambil bertopang dagu.
Sunghoon mengalihkan pandangannya berpura-pura seolah dia tidak menyadari tatapan tajam yang selalu berhasil mengintimidasi setiap saat, pemuda itu berdiri dari tempat sedang memikirkan cara agar bisa keluar dari ruangan ini.
“Aku keluar sebentar, ada urusan dikit di bawah sama joongseong.” Jelasnya kemudian melirik kearah jam tangannya, “Sebentar lagi juga jam makan siang, mau aku bawain apa?”
Yang lebih tua kemudian bangun dari posisinya menyandarkan tubuh di sandaran kursi miliknya dengan satu alis terangkat menatap sang sekretaris, “Kenapa harus di bawain kalau makan siang saya sudah di depan mata.”
Sekretaris itu merotasikan bola matanya malas, “Jangan mulai deh, kalau gak ada aku duluan ada urusan sama jay.”
Pemuda itu terkekeh di kursinya menatap sang sekretaris yang kini berbalik badan hendak meninggalkannya, “Joongseong lagi ada kunjungan bisnis ke singapura, jangan coba-coba buat bohong, park.”
“Kemarin udah ada perjanjian, sayang. Kalau manggil gue elo dapat hukuman. Come here, I'll give a punishment for naughty kitten.” Tukasnya sembari menepuk pahanya beberapa kali memberi tanda agar sang sekretaris segera duduk di pangkuannya.
Sunghoon menghela nafas, “Nanti ada yang liat, lee heeseung!!”
“Who cares?, Kantor ini punya aku suka-suka aku lah, mereka nentang? Dengan senang hati saya persilahkan dia angkat kaki dari kantor ini.”
Dasar bossy, pikir sunghoon sebelum kemudian menggembungkan kedua pipinya lalu berjalan santai kearah heeseung. “Tapi ini serius lee, nanti kalau ada yang liat gimana?” Ucapnya setelah kini duduk diatas pangkuan yang lebih tua.
“Memang apa yang kamu takutin kalau mereka liat kita?” Pemuda itu balik bertanya ketika kedua lengannya kini beralih memeluk pinggang ramping kekasihnya membuat tubuh keduanya semakin tak punya jarang sama sekali.
“Karywan kamu tuh sebelas duabelas sama lambe turah tau, aku gamau kalau nanti mereka nyebarin gosip aku jadi sekretaris karena aku pacar kam—”
Ucapan pemuda itu berhenti kala yang lebih tua menaruh jari telunjuknya di bibir yang lebih muda untuk menghentikan ucapannya, “Tunangan, bukan pacar.”
“Apa bedanya??? Kan sama aja.” Heeseung menggeleng kemudian menatap sunghoon yang kini menatapnya penuh tanda tanya.
“Beda, sayang. Pacaran itu sekedar status untuk memperjelas kalau kita saling suka sedangkan tunangan itu bentar lagi nikah.”
“Yayaya, terserah aja pokoknya intinya itu aku gamau kalau mereka sebar cerita kalau aku jadi sekretaris kamu karena itu apalagi sampai mereka bilang aku ngegodain kamu.” Sunghoon menggerutu kesal di bersamai dengan gerakan tangannya yang kini memeluk leher heeseung bersandar di bahu kokoh prianya.
“Coba aja kalau mereka berani.” Seunghoon terkekeh mendengar nada suara heeseung yang terdengar tajam di bersamai mimik wajah datar.
Terbesit ide nakal di dalam pikiran sunghoon ketika melihat heeseung yang kini kembali fokus dengan laptop dan dokumen-dokumen yang menumpuk diatas meja.
Dia mendekatkan wajahnya di perpotongan leher bos-nya itu menciuminya pelan, awalnya heeseung biasa saja karena pemuda itu memang sering melakukan ini namun kini dirinya di buat terdiam ketika merasa bahwa sunghoon menjilat lehernya menggigit kecil, tidak menimbulkan bekas.
“Kenapa gak sekalian ngasih tanda aja?”
Respon yang di beri heeseung justru sangat di luar ekspektasinya membuat sunghoon menghentikan kegiatan menggigit gemas leher heeseung, “Gila aja, nanti kamu ada rapat. Masa presentasi di depan karyawan banyak ada bekas cupang gitu di lehernya.”
“Ya selama itu bekas cupangan kamu mah aku gak masalah buat pamerin, biar mereka tahu kalau aku itu punya kamu.”
“Jangan mulai deh!!!” Ucapnya di bersamai dengan rona merah di pipinya yang mulai menjalar hingga ke telinga si manis.
“Ya terus kamu maunya apa, sayang? Hari ini tuh kamu kelakuannya aneh banget, coba bilang kamu maunya apa aku kabulin semuanya, ingat ya hoon kamu udah janji buat selalu terus terang sama aku jangan kayak dulu-dulu.
Kalau mau sesuatu langsung bilang ke aku, aku bisa kasih apapun yang kamu mau, jangan buat khawatir aku tuh trauma banget hampir putus sama kamu.”
Sunghoon tidak bisa menahan tawanya mendengar penuturan dari yang lebih tua, pikirannya kembali ke dua tahun lalu hubungan mereka yang hampir kandas di tengah jalan itu untungnya berhasil di teruskan setelah heeseung membuktikan kesungguhannya di hadapan orang tua Sunghoon.
Lengan mungil sunghoon kini beralih menangkup wajah heeseung, sunghoon menunduk menatap heeseung yang berada di bawahnya, sunghoon mengusap-usap kulit lembut heeseung kemudian mendekat menatap dalam-dalam netra pemuda yang sedang memangkunya ini.
“Mau cium aja, boleh?”
Heeseung tak bisa untuk tidak menahan kedua sudut bibirnya untuk memberi senyum, “Gak di tanya pun dari tadi aku udah pengen nyium kamu.”
Mereka saling berbagi satu senyuman sebelum kemudian menjemput manis yang sejak tadi di inginkan mereka, saling memberi kecup dan cium.
Heeseung semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang si manis di sela-sela kecup dan cium mereka, sunghoon tersenyum dianatara penyatuan bibir mereka sebelum akhirnya membuka mulutnya mempersilahkan heeseung untuk menjamah lebih jauh lagi.
“Pak ini saya bawa beberapa dokumen yang haru di tanda ta— OH MY GOD”
Sunghoon terlonjak kaget ketika gadis itu tanpa di sangka-sangka, heeseung berdecak melirik gadis yang masih menatap mereka tidak percaya.
“Kan!! Saya bilang juga apa, boss lee sama sekretaris park itu punya hubungan, astagah tapi serius saya gak expect kalau ternyata sekretaris park jago ciuman.” Celoteh gadis itu kemudian berjalan santai menuju meja milik heeseung.
Sunghoon bergerak hendak turun dari pangkuan heeseung namun yang lebih tua justru menahan pinggangnya agar tidak pergi kemana-mana.
“Ada orang heeseung.” Bisiknya pelan, namun heeseung memilih abai.
Kini, justru menatap gadis di hadapan mejanya yang datang membawa beberapa dokumen, “Kenapa gak hubungi saya lebih dulu?”
Gadis dengan tanda pengenal bernama Yuna yang mengalung di lehernya itu memutar bola matanya malas, “Saya udah telfon nomor bapak berkali-kali tapi gak di angkat, ya makanya saya langsung kesini aja kirain gak ada apa-apa karena pintunya gak kekunci, eh taunya ternyata lagi pangku-pangkuan.”
Yuna kemudian menatap gemas sunghoon yang kini memeluk erat heeseung dengan wajah yang coba di sembunyikan di balik ceruk leher heeseung, yuna sendiri bisa melihat telinga sang sekretaris yang memerah hingga ke telinga.
“Saya gak nyuruh kamu buat ngeliatin sunghoon sampai sebegitunya.”
Lagi-lagi gadis itu memutar bola matanya malas, “Saya cuma gemes sama sekretaris park, jarang-jarang tahu bisa liat dia malu-malu kayak gini soalnya dia biasanya garang.” Gadis itu terkekeh di akhir kalimatnya.
“Anyway pak, kalian udah jalan berapa bulan?” Tanya gadis itu.
Heeseung memperbaiki posisi sunghoon diatas pangkuannya sebelum menjawab pertanyaan gadis itu, “Gak tau, saya pacaran sama sunghoon dari jaman kuliah semester empat, tunangannya udah jalan tiga tahun.”
Gadis itu terperangah tidak menyangka kedua atasannya ini ternyata telah menjalin hubungan sebegitu lamanya, padahal yuna baru menyadari kalau hubungan atasannya itu lebih dari sekretaris dan boss saja setahun belakangan ini.
Sunghoon terbangun dari posisinya kemudian menatap heeseung dengan kedua alis bertaut, “Kamu beneran gak tau kita pacaran berapa lama?!”
“Enggak sayang, aku ingatnya pas tunangan aj—” heeseung terdiam ketika bibirnya di tepuk cukup keras oleh sunghoon.
“7 tahu lee heeseung 7 tahun.” Ucapnya di sertai dengan gerakan tangan kanan mebentuk peace dan satunya mengangkat semua jarinya.
Sunghoon bergerak hendak kembali turun dari atas pangkuan heeseung sambil menggerutu kesal, namun lagi-lagi heeseung menahannya kali ini justru memperhatikan sunghoon yang terlihat semakin menggemaskan mencoba bergerak kesana kemari sambil menggerutu.
“Jangan gerak-gerak, hoon.” Heeseung mengeratkan pegangannya pada pinggang si manis yang membuat sunghoon terdiam kemudian bertariak malu saat merasakan bagian bawahnya yang sepertinya mengenai sesuatu.
“JELEEEEK, LEE HEESEUNG JELEK GAMAUUU.”
Heeseung kemudian kembali meletakkan telunjuknya di pertengahan bibir sunghoon, “Makanya jangan gerak-gerak, sayang. Kamu diam duduk manis aja, lagian apa kamu gak malu di liatin yuna gerak-gerak aneh di atas aku tadi?”
Sunghoon kemudian melirik kearah gadis yang ternyata masih duduk di tempat itu kini menatapnya sambil terkekeh, membuat sunghoon kembali memerah malu. Dia melupakan fakta kalau ternyata ada orang lain di dalam ruangan ini, pemuda itu kemudian menyembunyikan wajahnya yang semerah tomat di balik dada kokoh heeseung.
“Malu.” Cicitnya di dengan suara teredam di dada heeseung.
“Udah di liat juga ngapain malu lagi.” Heeseung terkekeh ketika sunghoon memukulkan bahunya pelan kemudian mengecup puncuk kepala sunghoon beberapa kali.
“Pak, saya emang suka liat kalian berdua mesra-mesraan begini, tapi bisa gak dokumennya di tanda tanganin sekarang saya gak sanggup liatnya, sekretaris park gemes banget.”
Kemudian heeseung membaca beberapa dokumen yang di bawakan oleh yuna sebelum menandatanginya, pun yuna juga langsung keluar dari ruangan itu ketika dokumennya telah selesai di tanda tangani, tidak ingin mengganggu keduanya lebih lama.
Setelah kepergiaan yuna suasana ruangan heeseung kembali hening mereka berdua memilih diam dengan posisi masing-masing, sunghoon yang bersandar di dada bidang heeseung nenghirup aroma maskulin khas milik heeseung membuatnya ingin tertidur dengan posisi senyaman ini.
Juga dengan heeseung yang yang masih memeluk pinggang ramping sunghoon, tangannya sesekali mengusap helaian rambut lembut sunghoon kadang juga memberi kecupan-kecupan ringan di pelipis si manis.
“Setelah di pikir-pikir kita pacaran udah lama tungan juga udah lama.” Ujar heeseung.
“Baru sadar?” Ada terserat rasa kesal di dalam tanya yang di lontarkan sunghoon padanya.
“Iya abis kita kayak masih baru pacaran tapi ternyata udah lama banget, kenapa gak nikah aja?” Tukasnya.
“Ini konteksnya kamu ngajak aku nikah atau nanya doang?”
“Pengen banget ya aku ajak nikah?” Sunghoon kemudian terbangun kini menatap heeseung tajam.
“Jadi kamu gamau nikah sama aku?” Tanyanya dengan kedua alis menukik tajam.
“Mau lah, yakali enggak. Nanti pulang kantor kita singgah ke rumah orang tua kamu, ya?”
Sunghoon menatapnya penuh tanda tanya, “Mau ngapain?”
“Mau minta izin nikahin anaknya.”