Kama Sutra
Bicara tentang sunghoon dari perawakannya seperti pemuda itu adalah pemuda baik yang kehidupannya lurus-lurus saja, apalagi wajah manisnya yang membuat siapapun tidak akan menolaknya ya walaupun ini tampang luarnya, siapa yang menyangka si manis bermulut kasar ini nyatanya seorang slut di bawah umur yang namanya tersohor di kalangan orang-orang yang berkecimpung di dunia malam.
Dia adalah aset berharga milik club Vivi, pemuda manis dengan harga selangit. Bayarannya untuk sekedar servis menemani makan atau jalan serharga 5 milyar belum lagi biaya tambahan ketika waktu sevisnya lewat dari perjanjian. Bayaran untuk tidur dengannya itu setara dengan membeli 5 mobil lamborghini biaya fantastis untuk seukuran remaja 18 tahun.
Di sekolag juga sunghoon tampak biasa saja, siswa dengan nilai standar yang sering ketiduran di saat jam pelajaran tiba punya kebiasaan berucap kasar kontras dengan wajah manisnya yang menipu dia mendapati julukan si manis bermulut kasar dari teman sekelasnya yang setiap hari mendengarnya mengumpat dan bicara tak senonoh seolah itu adalah hal yang wajar di lakukan.
Tak ada yang menarik perhatiannya di sekolah, sunghoon merasa kehidupan sekolahnya sangat datar dia lebih suka melayani dan menggoda pria tampan kaya raya di club Vivi.
Ah, atau ada satu hal yang selalu membuat sunghoon tertarik jika itu terjadi, pembullyan teman kelasnya. Itu terlihat seperti pertunjukan yang menarik untuknya meskipun tidak se seru perjudian para petarung terkenal di dalam klub vivi setiap sabtu malam, tapi setidaknya ini menghiburnya di sekolah.
Sunghoon bertopang dagu diatas meja menatap siswa sok berkuasa menindas teman kelasnya sendiri dengan tidak manusiawi, pemuda dengan kacamata bulat besar itu berkali-kali terhuyung kesana-kemari kelimpungan mencari tumpuan karena tubuhnya terus di pukuli tanpa ampun, sesekali dia tergeletak di lantai namun di bangunkan paksa lalu kembali di pukuli beramai-ramai.
Sunghoon mendengus bosan melihat pemuda itu tidak melawan sama sekali justru membiarkan tubuhnya menjadi samsak tinju manusia-manusia kurang beradab di dalam kelasnya itu. Setelah puas menghajar si kacamata mereka berlalu meninggalkan pemuda itu yang tergeletak tak berda mencoba bangun bersandar pada dinding kelas, luka memar dimana-mana nafas juga tidak teratur.
“Di banding mereka yang memukulimu, aku lebih muak melihat orang sepertimu pengecut yang membiarkan dirinya menjadi samsak tinju orang lain.”
Pemuda itu sedikit terkejut memandang plaster dengan gambar kartun lucu yang di berikan padanya, sunghoon mendengus menggerakkan tangannya agar pemuda itu segera mengambil plaster dari tangannya. Pemuda itu tak banyak bicara mengambil plaster itu dengan pelan sesekali meringis merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.
Sunghoon segera pergi dari tempat itu meninggalkan si kacamata yang menatap punggungnya mulai menjauh kearah pintu kelas.
Namanya Lee heeseung samsak tinju manusia-manusia kurang beradab di dalam kelasnya, sunghoon tidak akan pernah menyukai pengecut yang membiarkan dirinya menjadi samsak tinju orang lain.
Lampu kerlap kerlip berpadu dengan alulanan musik memekakkan telinga, dengan pakaian santainya sunghoon masuk kedalam klub tersebut naik keatas di bagian tangga menatap lautan pendosa di bawah sana yang sudah kehilangan kewarasannya, ad yang bercumbu bahkan bersetubuh dengan tidak tahu malunya di kerumunan orang-orang, toh tidak akan ada yang peduli juga itu adalah hal yang biasa di sini.
“Oh, sunghoon kenapa tidak kebawah?” Ucap manita dengan dress merah selutut juga dengan lipstik senda yang menambah kesan seksi juga sangar pada wanita itu.
“Tidak tertarik, apa tidak ada yang memesanku malam ini? Atau mereka sudah kehabisan uang? Sial, haruskah aku turunkan harga?” Wanita itu terkekeh mendengar gerutuan sunghoon.
“Aku lupa memberitahumu, ada yang menyewamu selama setahun.” Sunghoon melotot kaget menatap wanita itu yang kini beralih menghisap sepuntung rokok di tangannya.
“Wow, pria tua kaya raya mana yang sanggup menyewaku selama setahun?.” Gila, satu kata yang terlintas di dalam benak sunghoon saat mendengar ada orang yang berani menyewanya selama setahun, sebegitu kesepiannya kah dia atau bosan dengan harga standar atau bagaimana sunghoon tak habis pikir.
“Bukan pria tua, dia seumuran denganmu. Sejujurnya itu pertama kali aku melihatnya datang ke klub vivi tadi malam.” Wanita itu menjelaskan membuat sunghoon langsung menatap minat padanya.
“Benarkah? Sekaya apa dia sampai sanggup membayar sebanyak itu?”
“Lebih dari yang kau bayangkan, atau mungkin saking kaya nya kau sampai tidak bisa membayangkannya. Kudengar dia punya bisnis entah bisnis apa yang di jalaninya sampai bisa sekaya itu.” Wanita itu menghembuskan asap rokoknya pelan sambil terkekeh menggeleng mengingat kejadian semalam dimana untuk pertama kalinya seseorang datang membawa uang yang begitu banyak hingga dia sendiri kelabakan melihat berkoper-koper uang itu.
“Itu artinya setahun ini aku tidak melayani siapapun kecuali dia, kan?” Wanita itu mengangguk membuat sunghoon mendengus membayangkan dia tidak tidak bisa menggoda pria kaya raya lainnya selama dia di kontrak. “Siapa namanya?”
“Dia tidak menyebutkan namanya, dia bilang biar kau sendiri yang tahu nantinya. Dia bilang besok seseorang akan datang menjemput membawamu kepadanya, bersenang-senang lah dengan si tampan itu sunghoon.” Sunghoon masih tidak habis pikir.
Wanita itu kemudian berpamitan sebelum pergi mengecup pipi sunghoon kemudian berbisik pelan, “Jadilah anak baik di depan tuanmu.”
Keesokan paginya sunghoon telah selesai membereskan apartemennya juga sudah mandi setelah seseeorang dengan pakaian serba hitam datang mengetuk pintu dan bilang dia adalah orang suruhan untuk menjemputnya, sunghoon tak banyak bertenya langsung segera pergi tanpa membawa apapu kecuali tubuhnya yang di balut celana training berwarna hitam dan hoodie oversize yang membuat tubuh kecilnya tenggelam di balik hoodie besar itu. Sunghoon tak membawa apapun karena dia tau hidupnya akan terjamin dengan orang itu sesuai dengan perjanjian yang ada.
Sunghoon kira perjalanan ke rumah orang yang menyewanya itu tidak memakan waktu yang lama, terhitung sudah satu jam sejak dia masuk kedalam mobil dan mereka masih berada di perjalanan yang sepenglihatan sunghoon semakin jauh dari kermaian membuatnya cukup was was dia berada dalam bahaya.
“Saya tidak tahu apa yang sudah anda lakukan kepada tuan muda hingga dia menyuruh saya menjemput anda menuju kediamannya yang tidak pernah di sentuh siapapun.” Sunghoon sedikit banyaknya bertanya dalam hati sebenarnya orang seperti apa tuannya kali ini?.
Satu setengah jam mereka lewati, kini mobil yang di tumpangi sunghoon berbelok dari jalan raya masuk kedalam sebuah jalan sepi di kelilingi pohon-pohon besar yang semakin jauh jalannya semakin rusak, membuat sunghoon mendadak parno melihat mereka kini jauh dari keramaian kota. Mata sunghoon terbelak kaget saat mobil mereka masuk kedalam sebuah halaman mansion megah.
Orang tidak waras mana yang membangun mansion di tengah hutan?
Sunghoon memainkan kuku jarinya pelan nenatap bagaimana mansion megah ini berdiri di kelilingi pohon lebat. Orang seperti apa tuannya kali ini?.
“Anda langsung segera masuk, tuan muda sudah menunggu anda di dalam.” Sunghoon hanya mengangguk kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam mansion tersebut.
Mungkin memang benar kata wanita itu semalam lebih dari yang sunghoon bayangkan atau bahkan saking kayanya sunghoon tidak bisa membayangkannya, masion megah di tengah hutan ini sudah cukup menjadi bukti kalau tuannya kali ini bukanlah orang sembarangan.
Sunghoon mentup pintu mansion perlahan tanpa menimbulkan bunyi, jalan mengendap ngendap sembari menatap takjub isi mansion ini, mulai dari lukisan mahal dan pandangan sunghoon tertuju pada sebuah patung naga emas yang berada di samping tangga menuju lantai dua, matanya terbelak tangannya menutup mulutnya yang menganga terkejut melihat patung itu.
Itu patung naga emas yang lima bulan lalu di beritakan hilang dari museum negara, sunghoon ingat betul gambar patung naga emas itu persis dengan yang ada di hadapannya kali ini.
Sebenarnya dia sedang berurusan dengan siapa?
Kakinya kini melangkah naik keatas tangga menuju lantai atas masih mencari dimana keberadaan orang yang di maksud sopir yang membawanya kemari, tepat di injakan anak tangga terakhir sunghoon menghentikan langkahnya kembali di buat terkejut dengan apa yang di lihatnya.
Bagaimana bisa ada akuarium besar berada di mansion ini, buka bukan perkara itu yang membuat sunghoon terbelak kaget tetapi isi di dalam akuarium itu bukan ikan cantik atau ikan pari seperti di akuarium biasanya, tapi hewan dengan mulut besar bergigi tajam sedang menguyah sepotong daging berdarah di dalam sana.
Sunghoon melihat punggung pemuda yang berdiri membelakanginya menatap bagaimana orang itu biasa saja melihat predator air itu mencabik-cabik daging berdarah di dalam sana.
Orang waras mana yang memelihara 3 ekor hiu di dalam mansionnya?
Tolong katakan pada sunghoon bahwa apa yang ada di hadapannya ini adalah halusinasi karena masih belum bisa membayangkan seberapa kayanya tuan nya kali ini.
Hiu itu menyantap makanan mereka dengan lahap berebut mencabik-cabik daging yang di masukkan kedalam sana. Pemuda yang sedari tadi mememungguinya itu perlahan mulai menyadari kehadiran sosok pemuda yang beridri meremat lengan hoodienya dia sebetulnya sudah dari tadi melihat pantulan pemuda itu dari kaca akuarium dia ingin tahu seberapa tahan pemuda itu untuk tidak segera lari dari tempatnya, namun dugaannya benar pemuda itu tidak lari dia masih diam di tempatnya ketika dia membalikkan tubunya agar bersitatap dengan pemuda di ujung tangga itu.
Sunghoon belum selesai dengan keterkejutannya sebelum kembali di buat terkejut ketika pemuda yang sedari tadi membelakanginya itu kini beralih menatapnya.
Tatapannya kali ini berbeda dengan yang sunghoon lihat terakhir kali, juga penampilannya berubah seratus delapan puluh derajat, dengan kemeja putih yang lengannya sengaja di gulung memperlihatkan sebuah tatto di lengannya bertuliskan namanya dalam huruf kecil.
Lee heeseung
Tak ada lagi tatapan mata yang memandang takut-takut juga kaca mata bulat yang biasa bertengger di hidungnya kini hilang, tergantikan paras rupawan yang membuat sunghoon terkesima.
“K-kau?”
“Welcom home park sunghoon.”
Banyak waktu yang mereka lewatkan berbincang di meja dengan dua kursi yang berada di akuarium, sejujurnya suasannya cukup canggung bagi sunghoon melihat bagaiaman orang yang selalu di tindas di dalam kelasnya itu sekarang terlihat sangat berbeda. Urat-urat lengannya menonjol di balik kulit putihnya, dada bidang juga bahu yang lebar. Bagaimana bisa dia terlihat sangat berbeda ketika di sekolah.
“Apa begini caramu melayani tuanmu, park?” Ucapnya setelah meminum segelas wine yang ada diatas meja. “Show me, your servis park. Kau tahu aku tidak membayar hanya untuk melihatmu memaikan lengan hoodie itu.”
Sunghoon merasa tertantang, melihat kekehan meremehkan dari bibir pemuda itu, maka dengan itu sunghoon berjalan kearah heeseung dan naik keatas pangkuannya mengalunkan satu lengannya di leher sang dominan sedangkan satu tangannya membelai wajah pemuda lee itu.
Heeseung memandangi wajah manis heeseung menikmati bagaimana jari lentik itu membelai setiap inci wajahnya, mulai dari rahang, dagu hingga tangan sunghoon kini berada di depan bibir heeseung mengusapnya dengan sensual.
“*Can i kiss you, master?”
Heeseung menarik satu sudut bibirnya, “Sure, you can do anything you want, little slut.“
Maka tanpa di suruh lagi sunghoon langsung menabrakkan bibir mereka, awalnya hanya sebuah kecupan ringan sebelum heeseung menjilat bibir sunghoon membuat sunghoon sempat terdiam sebentar sebelum sunghoon kembali mempertemukan kedua belah bibir mereka. Saling memangut, menyesap bibir bawah dan atas secara bergantian.
Ciuman yang semakin lama semakin dalam, sunghoon melesakkan lidahnya masuk kedalam bibir heeseung, yang membuat heeseung segera menyesapnya lama membuat sunghoon melenguh, mereka saling membelit lidah dengan liur yang meleber kemana-kemana.
Di tengah ciuman panasnya sunghoon menggesek bagian bawah mereka dengan frustasi, sunghoon tidak habis pikir bagaimana dia bisa sefrustasi ini hanya karena sebuah ciuman liar.
Sunghoon tak pernah tahu bahwa si culun tertindas di dalam kelasnya ini adalah pencium handal, dia mampus membuat sunghoon bergerak frustasi diatas pangkuannya.
Mereka masih saling memangut, menggesek bagian bawah mereka yang sama-sama masih terbalut kain sunghoon melepaskan kalungan tangannya di leher heeseung kini beralih membuka satu persatu kancing kemeja putih milik heeseung, heeseung sendiri tak keberatan kini justru membantu si manis membuka kemejanya yang frustasi dengan ciuman juga gesekan bagian bawah mereka.
Sunghoon bersemu tatkala melihat bagaimana otot perut pemuda yang memangkunya ini terbentuk dengan sempurna, sunghoon melepaskan ciuman mereka yang menciptakan benang silva yang menghubungkan mereka heeseung terkekeh sebelum kembali mengecup bibir sunghoon untuk memutus benang silva tersebut.
“Hanya itu?” Pertanyaan meremehkan heeseung itu membuat sunghoon menggeleng.
Sunghoon kini berdiri dari atas pangkuan heeseung, melepas celana trainingnya dengan mudah memperlihatkan penis merah mudanya yang menegang. Sunghoon hendak membuka hoodienya sebelum heeseung kembali menariknya untuk duduk diatas pangkuan sang dominan.
“I don't tell you to open your clothes, kitten.” Heeseung memandang wajah memerah sunghoon karena dengan dengan sengaja menyentuh penis mungilnya, menyentuhnya main-main membuat sunghoon kembali mengerang frustasi.
“U-uuhh, d-don't call me kitten, masterr—ahhh.” Sunghoon mendesah keras saat heeseung kembali mengocok penisnya dengan keras.
“So, tell me what.“
Wajah sunghoon memerah menahan desahannya karena heeseung masih terus mengocok penisnya tanpa ampun, “A-aahh, call me l-little slut, master.”
“Right, sepertinya aku juga menyukai panggilan itu.” Heeseung berhenti menggerakkan tangannya di penis sunghoon, membuat si manis mengerenggut tidak suka kemudian berinisiatif untuk menggoda tuannya.
Sunghoon kembali menggesekkan selangkangan mereka mencoba menggoda heeseung yang sama sekali tidak bergeming justru menatap pemuda di pangkuannya itu dengan tanda tanya.
“M-master help me pweasee.” Sunghoon menatap heeseung dengan tatapan memohonnya membuat heeseung berguman pelan.
“Fuck, i warn you park don't look someone else like that.“
“Yy-yessh master aaahk.” Sunghoon melenguh keras saat satu jari heeseung berhasil masuk kedalam lubangnya.
“Mmoree ahh moreee masterhh n-ngahh.” Heeseung kembali menambah satu jarinya untuk masuk kedalam lubang si manis menggerakkannya dengan gerakan menggunting sebelum kemudian sebuah ide nakal terlintas dalam benaknya.
Heeseung melambatkan gerakannya sangat lambat membuat sunghoon melenguh frustasi dia tidak suka di permainkan seperti ini, “Lebih cepat mmmhh, pleasee master.”
Namun heeseung tak mendengarkannya kini justru mengeluarkan kedua jarinya membuat sunghoon merasa kosong di bawah sana, belum sempat sunghoon protes heeseung sudah membawanya kedalam satu ciuman basah dan dalam kembali beradu lidah di dalam sana, sunghoon mengerang setiap heeseung menyesap lidahnya.
Ciuman panas itu kini semakin turun ke leher si manis, heeseung sama sekali tidak berniat melepas hoodie yang melengket di tubuh sunghoon dia punya fantasi liar dengan hoodie yang menggantung di tubuh sunghoon.
Kecupan dan gigitan di leher dan dadanya itu membuat sunghoon tak mampu berfikir jernih, heeseung sangat suka bagaimana sunghoon mengerang frustasi diatas pangkuannya dengan hoodie yang menggantung di tubuhnya. Dia kemudian menarik hoodie itu keatas menyuruh sunghoon untuk menggigitnya.
“Gigit, gigit little slut atau aku tidak aka memuaskanmu.” Sunghoon yang tidak ingin kenikmatannya berakhir begitu saja langsung menggigit kain hoodie itu, membiarkan heeseung bermain di dadanya, jilat, kecup, hisap dan gigit.
Kegiatan panas itu belanjut kini dengan sunghoon yang terburu-buru membuka ikat pinggang yang melilit di tubuh heeseung, dia tahu bahwasanya heeseung sedari tadi hanya bermain-main dengannya menunggu sunghoon sadar untuk bergerak sendiri mencari kenikmatannya.
Sunghoon membuka seleting celana heeseung mengeluarkan penis besar yang juga tak kalah mengeras dari miliknya sunghoon turun dari pangkuannya kini berdiri tepat di hadapan penis tegang heeseung.
Dia memasukkan unung penis itu menjilat lubang pipis itu sambil menatap heeseung yang kini menahan desahannya merasakan bagaimana mulut lembab sunghoon membungkus penisnya.
“Mmmffhh.” Suara desaahan sunghoon tertahan ketika ujung penis heeseung menyentuh tenggorokannya masuk terlalu dalam.
Sunghoon mengeluarkan penis heeseung dari dalam mulutnya ketika di rasanya penis itu sudah cukup basah dengan lirunya, kini kembali merangkak naik keatas pangkuan heeseung memegang penis heeseung kemudian mengarahakannya masuk kedalam lubangnya.
“Aaahh— too big, nng-ahhh.” Sunghoon mendesah pelan saat seluruh penis heeseung tertanam kedalam lubangnya dengan sempurna.
“Fuck.” Heeseung ikut mendesah saat sunghoon mulai mengalunkan tangannya di lehernya dengan pinggulnya bergerak naik turun mencari kenikmatan.
“Aaah, masterrhh.” Sunghoon bergerak naik turun kemudian memutar membuat heeseung berguman kenikmatan sebelum akhirnya mendaratkan bibirnya di bau pemuda itu mengecupnya pelan sambil mendesah merasakan bagaimana lubang sunghoon meremas penisnya denga kuat.
Sunghoon kaget saat penis heeseung masuk begitu dalam ketika dia berdiri sambil mengangkat sunghoon meletakkan kedua tangannya di lipatan lutut sunghoon kemudian menggerakkannya naik turun membuat sunghoon mendesah nikmat karena penis heeseung masuk sangat dalam menyentuh titik nikmatnya.
“No, no please master, jangan di sini.” Sunghoon mengalunkan tangannya erat saat heeseung membawanya mendekat kearah akuarium dimana 3 hiu itu sedang bernang kesana kemari memperlihatkan taringnya yang tajam, membuat sunghoon bergidik ngeri.
“Padahal bersetubuh di hadapan hiu itu terlihat sangat menggairahkan, tapi kita bisa lakukan itu lain kali jika kau tidak mau.” Heeseung membawanya kearah salah satu kamar di lantai dua mansion milik heeseung.
Ruangan dengan red lights itu menyambut mereka heeseung segera membaringkan tubuh sunghoon di atas kasur king size miliknya. Dia kembali menangkap bibir sunghoon kedalam sebuah ciuman, menghisap dengan lembut sampai sunghoon membalas ciumannya yang di iringi dengan desahan karena pinggulnya masih bergerak maju mundur di lubang milik sunghoon.
“Ahhh, t-too deep masterhh.”
Desahan sunghoon kembali memenuhi ruangan ketika heeseung bergerak semakin brutal di bawah sana menumbuk titik terdalam milik sunghoon dengan brutal menggeram rendah merasakan miliknya yang tercengkram di dalam sana.
“Masterrh more pweasee, ahh moreee.”
“As your wish, little slut.“
Sunghoon memejamkan matanya erat, tangannya yang hanya mengalun lemah kini beralih memeluk leher heeseung erat dengan tubuhnya yang terhentak hentak karena gerakan heeseung yang semakin cepat.
“Heeseung- uuhh masterhh.”
Heeseung terdiam sebentar membuat sunghoon kebingungan dengan kenikmatannya kembali tertunda.
“Sebut namaku, jangan panggil aku master.” Sunghoon mengangguk bersamaan dengan
Tubuhnya menegang, pergerakan heeseung di bawah sana sangat terasa sunghoon tahu dia akan segera sampai, “H-heeseung, i-iwant to AHKK.“
Heeseung menggeram merasakan dirinya akan segera sampai kemudian kembali bergerak brutal menjemput titik putihnya. “Fuck, Park sunghoon.” Heeseung menggigit leher sunghoon kuat saat mencapai pelepasannya.
Sunghoon menghela nafas panjang merasakan cairan heeseung memenuhinya. Tubuhnya melemas. Tangan heeseung terulur merapikan helaian rambut sunghoon yang berantakan akibat pergelumuran yang mereka lakukan, heeseung mendaratkan kecupannya di belah bibir sunghoon kemudian membaringkan dirinya di samping sunghoon memeluk pinggangnya dengan erat dengan miliknya yang masih tertanam di di dalam sunghoon.
“Good night, sunshine.” Ucapnya kemudian mengecup puncuk kepala sunghoon.
Sunghoon mengangguk pelan di dalam pelukan heeseung, kemudian melihat kearah meja nakas melihat bingkai kaca berisi plaster gambar kartun lucu membuat sunghoon tersenyum sebelum menutup matanya menjemput mimpi yang menantinya di ujung sana.