desember semoga tanpa asap lilin yang mengepul di udara.


satya gak betulan marah waktu yesha —abangnya terus-terusan menggodanya dengan memanggilnya yaya, dia hanya kesal karena demi apapun yesha dengan mulut berisiknya itu tak akan pernah berhenti sebelum satya meneriakinya atau melapor ke bunda karena sudah tak tahan dengan yesha yang sebelas-duabelas dengan kenalpot motor.

dia juga tak marah ketika yesha mengatakan dirinya kumal dan lusuh, yesha memang sering menggodanya sehingga satya tak perlu ambil pusing untuk memikirkan kalimat yang keluar dari mulut abangnya itu. pun, juga dia tahu cara yesha memberikannya perhatian memang seperti ini, meskipun agak menjengkelkan sesekali.

menjadi putra bungsu di keluarga abimanyu membuat satya banyak mendapatkan cinta dari keluarga besarnya, menjadikan satya pribadi yang lembut juga, bahkan hingga sekarang ketika usia satya telah menginjak usia delapan belas perlakuan itu tidak pernah berubah sama sekali dan satya juga tak masalah, baginya ini adalah sebuah keberuntungan yang tak seharusnya dia sia-siakan selagi tuhan masih memberikan satya akan tetap menerimanya dengan senang hati, tak peduli dengan tanggapan orang-orang yang bilang dia manja dan kekanakan.

lantunan musik to love somebody milik michael belton menemani perjalanan mereka sore itu, mobil sedan berwarna putih itu membelah jalan yang cukup sepi. satya sendiri tak banyak tanya dirinya akan di bawa kemana meskipun kepalanya mulai pusing karena mereka tak kunjung sampai ke tujuan yang di inginkan yesha.

“abang kita mau kemana? kenapa jauh sekali? adek pusing tau muter-muter terus, kalau sampai aku muntah nanti aku muntah di bajunya abang.” ancam satya yang mulai tak tahan, demi apapun kepalanya mulai berputar dan pantatnya hampir kebas terus-terusan duduk.

“abang udah bawain kresek tuh, muntah di situ aja.”

“lagian ini kemana, kenapa jalannya jauh sekali!!”

“udah sampe, jangan berisik lagi.”

satya menatap bangunan tinggi dengan sebuah nama mall yang tertulis sangat besar di atasnya, satya langsung tersenyum cerah, yesha membawanya ke sebuah mall di ibu kota.

“yes, abang teraktir yaaaa.” dengan semangat menarik yesha yang tersenyum melihat adiknya terlihat sangat bersemangat.


padahal sepanjang perjalanan menarik yesha tadi, satya sudah mendata apa-apa saja yang ingin dia beli di dalam kepalanya, tapi ternyata yesha malah menariknya ke sebuah tempat yang entah kenapa hari ini terlihat sangat sepi. hanya ada sekitaran lima enam orang di dalamnya di tambah dengan yesha dan satya.

“abang kenapa gak bilang mau ajak aku kesini, aku bisa bawa sepatu aku sediri.” meskipun mengeluh karena tidak membawa sepatunya sendiri, satya tetap memakai sepatu yang di berikan yesha untuknya.

terkikik geli saat menyadari dirinya berjalan dengan kaku di atas ice rink, sudah lama sekali satya tak bermain ke sini padahal dulu sebelum pindah satya sering bermain skating dengan bundanya tiap akhir pekan.

satya memasukkan kedua tangannya kedalam kantong jaketnya yang lumayan tebal, menikmati rasanya kembali meluncur diatas es, dia jadi ingat pernah menangis meminta kepada bunda agar di ajari bermain skating karena hari itu yesha memamerkan keahliannya bermain skating di depan satya kecil yang menatap abangnya dengan penuh kekaguman.

“abang gak ikutan main?” tanyanya sesaat setelah berhenti tepat di depan yesha yang hanya menatapnya bermain, mirip seperti orang tua yang khawatir anaknya akan terjatuh.

“abang keluar sebentar gak apa-apa ya? nanti balik lagi, gak akan lama kok. kamu tunggu di sini aja sambil main.”

“loh, satya kenapa di tinggal? iiiiihh nda mau nanti kalau abang lupa sama aku terus abang pulang duluan gimana?”

yesha hanga menggeleng, “kamu tuh, ya abang gak akan lupa lah. tunggu aja sebentar paling nanti kamu yang gak mau pulang.”

“jangan lama-lama.”

anggukan dari yesha cukup meyakinkan satya yang betulan takut di tinggal, dia menikmati bermain skating sore ini, sesekali dia ikutan bermain dengan anak kecil yang menghampirinya mengajak bermain bersama.

satya tak merasa khawatir saat bermain dengan anak berusia delapan tahun itu, tetapi setelah ibunya memanggil dia langsung berpamitan kepada satya berharap bisa bermain bersama lagi yang hanya di tanggapi satya dengan sebuah senyuman.

barulah di saat anak itu pergi satya kemudian merasa kalau sebentarnya yesha ini sudah hampir satu jam, dia dia mulai kebingungan harus bagaimana lagi.

dia mulai lelah bermain tanpa henti, anak kecil yang tadi itu sepertinya punya kekuatan super bisa bermain tanpa henti.

“kalau aku betulan di tinggal, nanti pulang sama siapa? aku ndak bawa uang, hp nya juga ketinggalan di rumah.” monolognya dengan wajah takut dan mulai menggigiti kukunya, kemudian mendudukkan dirinya diatas es yang dingin dengan kedua kaki di luruskan ke depan.

“yesha jelleeek kemanaaa.”

“issh awas aja nanti abang jelek itu datang aku gigit.” satya menghentakkan kedua giginya kesal.

bruk

satya terlonjak kaget saat mendapati sesuatu di lempar kearahnya, dengan cepat satya melihat sebuah boneka pinguin berukuran sedang mendarat tepat di depannya.

dengan mata membulat semangat satya menarik boneka itu, “penguuu, siapa yang buang kamu huh? kasiannya.”

“kamu lucuuuu sekali kenapa di buang, awas ya nanti aku marahin orang yang buang kamu sembarangan.”

“suka gak?”

“ehh—looh jendral kenapa di sini? ihhhh kamu kenapa bisa ada di sini, shooo shooo aku gak terima jendral di sini.” satya mengerjap sebentar kemudian pandangannya berubah menjadi menajam dengan alis mengerut sembari satu tangannya mengeratkan pegangannya pada boneka pinguin yang di peluk di pinggangnya.

“aku jauh-jauh datang ke sini kok di suruh pulang, nanti kamu pulang sama siapa kalau aku gak di terima di sini, kecil?”

“abang yesha kemana?!”

“pulang kali.”

“jendral sama abang yesha sekongkonl, pengu kamu jangan mau temenan sama mereka.” hanan tertawa melihat tingkah satya yang bicara dengan boneka pinguin itu seolah dia akan membalas ucapan satya.

“kamu duduk di sini gak dingin?” satya menggeleng memperhatikan hanan yang ikut duduk di sampingnya.

“jendral kenapa duduk juga?”

“nemenin kamu lah kecil, seru gak main skating nya?”

satya mengangguk, “hu'um, tadi aku ada main sama anak kecil lucu, dia semangat sekali mainnya aku jadi gak bisa berhenti ketawa.”

“hari ini senang?”

“senang sekali.”

“suka main ke sini?”

“suka, aku udah lama gak main ke ice rink sejak pindah ke sini, padahal dulu setiap minggu pasti sekeluarga bakalan main skating, tapi sekarang papa sibuk sekali.”

“kalau bonekanya suka gak?”

“ini?” dia mengangkat boneka pinguin di tangannya.

hanan mengangguk, “jadi jendral yang buang boneka ini?! ish ish, jendral kamu harus di marahin.”

satya menyentil hanan dua kali, “tadi aku kaget tau tiba-tiba di buang kayak begitu, untungnya aku nda ada riwayat jantung.”

lagi-lagi hanan hanya tertawa sambil menggeleng, “aku tanya kamu suka apa enggak?”

“suka.”

“sekarang bonekanya punya kamu.”

satya tersenyum cerah, “apa lagi?”

“apanya lagi?”

“ada yang kurang, harusnya ada ucapan lagi.”

“aku cuma punya itu.”

“sekarang hari apa?”

“hari rabu lah kecil, kan tadi waktu di chat juga nanya itu udah aku jawab.”

“tanggal berapa?”

“delapan.”

“artinya itu hari apa?” hanan bisa melihat satya benar-benar menantikan sesuatu darinya.

“hari rabu tanggal delapan bulan dua belas.”

“jendraaaaaaal jeleeek.”

“loh aku salah apa? memang hari ini hari apa?”

“hari ini aku ulang tahun, tapi kenapa jendral tidak ingat?” ada raut sedih yang terpancar dari wajah satya saat menatap hanan.

“aku ingat kok.”

“dari semalam aku selalu tunggu jendral ucapin selamat ulang buat aku. bunda, ayah, abang, yumna, arka, azka, ratu, aulia, raihan, gael, ghalian dan hadrian semuanya kasih selamat ulang tahun untuk satya, cuma jendral yang tidak padahal satya sudah tunggu lama tapi tidak ada.”

“bahkan kak yasa yang sibuk masih sempat ngirimin aku kue dan ucapan selamat ulang tahun.”

“dia kirim kue?”

“iya!!!”

“oh, yaudah. kenyang dong kamu makan kue banyak-banyak, tapi jangan banyak makan yang manis-manis gak baik untuk kesehatan.”

“jendral gak cemburu?”

hanan menggeleng membuat satya sedikit kaget juga kebingungan. “iiiiih harusnya jendral itu cemburu tau.”

“lah ngapain cemburu sama manusia yang satu itu?”

“namanya kak yasa.”

“iya itu pokoknya.”

“terserah jendral, terus sekarang ucapan selamat ulang tahunnya mana?”

“kalau kamu minta ucapan selamat ulang tahun dari aku gak ada, kecil.”

satya kembali di buat kebingungan, tak tahu harus mengatakan apa kecuali alasan mengapa hanan gak memberinya ucapan selamat ulang tahun. mendengar pertanyaan satya hanan memudian menopang kedua tangannya ke belakang bersentuhan langsung dengan es yang dingin kemudian menatap satya yang masih menatapnya penuh denga tanda tanya.

“ngapain? cukup aku tahu kamu masih senang hari ini, masih senyum hari ini, kamu masih bisa manggil aku jendral, masih bisa ketemu sama teman-teman kamu, aja udah cukup.”

“ucapan selamat ulang tahun dari aku itu gak penting satya dan kamu gak harus khawatir kalau aku gak ngucapin selamat untuk kamu kayak yang lainnya, aku masih di sini sama kamu itu berarti gak ada hal yang harus kamu khawatirkan.”

satya lagi-lagi di buat diam tak tahu harus membalas apa.

“ayo pulang.” hanan yang sudah lebih dulu berdiri mengulurkan tangannya, yang kemudian di raih satya dengan sebuah senyuman di wajahnya.

hanan kira ketika satya meraih tangannya untuk di genggam mereka akan segara pulang, namun ternyata satya menenggelamkan dirinya di pelukan hanan, memeluk dirinya erat dengan kedua tangan mengalun di leher dengan boneka pinguin di tangan satya. satya tersenyum membalas pelukan satya yang kini mulai menggesekkan hidungnya pelan di leher hanan menghirup aroma khas yang selalu menjadi candu untuknya, satya di usianya yang ke delapan belas telah mendapatkan hadiah terbaiknya.

“jendral.”

“iya?”

satya mendongak masih dengan kedua tangannya yang mengalun di leher hanan, melirik ke sekitarnya yang sudah sepi dan tersenyum semakin mendekat wajahnya kearah hanan.

cup

“terimakasih.”

hanan terdiam merasakan kecupan singkat di pipinya, kemudian menyadari kalau satya sudah meluncur lebih dulu dengan boneka pinguin di pelukannya dengan senyum yang tak luntur di wajahnya.

“kamu belajar dari mana?”

“dari jendral.”

“jendraaaaaaal jangan diam terus di situ, ayo pulang nanti singgah beli martabak aku lapar.”

di hari ulang tahun satya, hanan tak memberi selamat pun juga tak memberi kue dengan lilin menyala di atasnya, di desember ini dia hanya memberi semoga tanpa asap lilin yang mengepul untuk membawanya pergi.

semoga satya di usianya yang semakin bertambah tak kehilangan senyumnya, semoga semesta memberinya kebahagian agar hanan selalu bisa melihat senyumnya yang menenangkan jiwa yang bergemuruh.

satya, selamat hari bahagia. terimakasih untuk semua bahagia yang datang bersama denga hadirmu, semoga kamu selalu di sertai dengan kebahagiaan, semoga yang baik.