Brownearth the Subject

—warnings! apocalyptic


Hari ini, tahun ini, pada abad ini kita tidak lagi memandang dunia yang sama seperti dulu dimana kemajuan teknologi mutakhir berkembang dengan sangat pesat, membeli makanan atau barang yang sebetulnya masih bisa di gunakan untuk kebutuhan lain tetapi demi terlihat eksis rela menerjunkan diri sendiri kedalam jurang, atau contoh kecilnya saja menghirup udara segar.

Pada abad ini kalian tidak akan menemukan udara segar, tidak lagi bisa membeli makanan yang tidak terlalu di butuhkan tapi sekarang kau harus rela berburu hewan melata dengan banyak resiko seperti, tersengat racun, di gigit hewan yang mulai hilang kewarasan atau terpapar radiasi nuklir yang mampu melepuhkan kulit seketika atau kemungkinan terburuknya berakhir menjadi manusia pemusnah sama seperti gerombolan manusia dengan wajah buruk rupa dan bau badan mereka yang sungguh menyengat sangat menjijikkan melihat bagaimana luka-luka di wajah mereka yang mulai di hinggapi belatung namun masih sanggup berjalan dan memangsa manusia bernyawa.

Suara geraman mereka sungguh sangat memusingkan sekaligus menakutkan, mereka manusia yang tak lagi bisa di sebut manusia karena telah terinfeksi virus yang di sebarkan beberapa tahun lalu melalui aliran sungai, menjangkit hampir jutaan manusia hanya dalam kurun waktu kurang lebih dari seminggu, mereka hanya seenggok tulang berdaging bermodalkan insting untuk memangsa manusia yang sanggup membuat mereka bertahan hingga saat ini, jika pandemi beberapa tahun silam di sebut belajar bertahan hidup maka inilah bertahan hidup yang sebenarnya, salah langkah sedikit kau akan berakhir menjadi santapan makhluk-makhluk bau itu.

Sama seperti yang dialami oleh sunghoon saat ini, dia sedang bertahan hidup dari serangan makhluk bau yang entah datang darimana tiba-tiba mengejarnya dengan penuh nafsu, beruntungnya dia berada di tempat yang cukup aman sekarang dimana pagar penyetrum mengelilingnya dan makhluk sialan itu masih terus mencoba untuk menerobos meskipun tersetrum berkali-kali, sunghoon melihat sekelilingnya berharap masih ada manusia sungguhan di tempat ini sambil terus menembakkan amunisinya meluluhlantakkan sebagian mahluk tak berotak itu.

Baru sekitar tiga bulan yang lalu dia tersadar dari tidur panjangnya di dalam sebuah tabung berisikan air berwarna biru hal yang pertama kali dilihatnya bukan pemandangan seperti yang terakhir kali di ingatnya yang dia lihat pertama kali tapi justru pemandangan dunia yang hancur adalah pemandangan pertama yang di lihatnya setelah tersadar dari tidur panjangnya.

Entah apa yang terjadi pada laboratorium tempatnya di sekap di dalam tabung beberapa tahun silam sehingga ketika sunghoon terbangun dari tidur panjangnya dia hanya menemukan dirinya sendiri dengan keadaan tubuh kaku sulit di gerakkan dan debu yang membuat paru-paru sakit.

Menjadi bahan percobaan oleh orang tua sendiri adalah kesialan terbesar yang pernah menimpa hidup sunghoon, pikirnya dia hidup di perlakukan dengan sangat baik oleh kedua orang tuanya karena mereka menyanginya namun kenyataannya percaya pada mereka itu justru kesalahan terbesar yang pernah dilakukan sunghoon karena realitanya justru dia menjadi bahan percobaan laboratorium bersama ratusan tabung lainnya yang di tangani oleh ibunya fakta yang lebih mengejutkannya lagi adalah ayahnya adalah otak dari kekacauan ini, ilmuwan gila.

“Di masa sekarang dimana kehidupan manusia semakin berkembang jangan pernah percaya dengan siapapun, kecuali dirimu sendiri.”

Sunghoon ingat betul seseorang pernah mengatakan hal itu kepadanya yang tak lama kemudian terbukti benar adanya, entah seberapa banyak hal yang di ketahui orang itu yang sunghoon yakini sejak awal kedatangan orang itu sedari dulu memang membawa sejuta pertanyaan juga sebuah kisah yang terpaksa di hentikan sebelum usai.

Mungkin besar kemungkinan orang itu masih hidup atau juga sudah menjadi mangsa makhluk tak berotak itu, namun seingat sesaat sebelum ledakan besar-besaran itu terjadi mereka masih bersama di dalam sebuah bar sebelumnya akhirnya sunghoon terbangun di dalam sebuah tabung.


Sendirian di tengah-tengah para pemangsa juga adalah salah satu kesialan yang menimpa hidup sunghoon lagi, selama tiga hari melakukan perjalanan tak tentu arah dia sama sekali tidak menemukan satupun manusia sungguhan selain dirinya sendiri di tempat ini. Dia tak ingin berpikir lebih jauh tetapi pemikiran jika seluruh manusia telah musnah kembali menghantui fikirannya namun dia menggeleng pasti dia akan menemukan manusia lainnya, jika dia adalah satu-satunya manusia yang masih hidup di bumi ini itu bukanlah hal yang lucu.

Langkah kakinya berjalan dengan pelan dengan tangan yang terus memegang Heckler atau Koch HK416 di tangannya senapan yang mirip dengan M4 Carbine itu mampu menebakkan 900 butir peluru permenitnya juga dengan senapan TrackingPoint yang terselip di saku celananya senapan jenis ini dulunya sering di gunakan para sniper yang di lengkapi dengan teknologi khusus yang membuat penembak hampir tidak mungkin untuk luput dari sasaran di dalamnya sudah di sematkan teknologi precision-guided yang mampu mengkalkulasikan kemungkinan gagal atau tidaknya sebuah tembakan jika di lepaskan kearah target.

Jangan kaget jika sunghoon cukup tahu banyak soal senapan, seorang ahli senapan pernah menjelaskan hal ini kepadanya dia adalah seorang yang ahli menggunakan senapan. Kembali kedalam cerita bagaimana dia bisa menemukan senapan ini mungkin hanya sebuah keberuntungan ketika dia tak sengaja membuka salah satu bagasi mobil yang mulai karatan dengan bagian depan yang hancur menabrak mobil lainnya di piggir jalan.

Pemandangan kota yang dulunya sangat indah kini sekarang terlihat mengerikan udara kotor bekas ledakan nuklir beberapa tahun silam masih belum menghilang, gedung-gedung tinggi yang dulunya menjulang sangat apik kini hancur setengahnya kaca-kaca gedung berserakan di jalanan, tiang listri yang berjejer kini mulai berkarat dia tidak tahu jika efek ledakan nuklir beberapa tahun silam itu memiliki dampak yang sangat besar hampir memusnahkan setengah kehidupan di muka bumi entah apa yang terjadi pada mereka yang masih selamat hingga kini, mungkin ada yang mengalami kecatatan dan trauma berkepanjangan.

Sunghoon memelankan langkahnya ketika dia sudah mulai memasuki are gedung yang tidak lagi memiliki penghuni, bersembunyi di balik pilar-pilar tinggi dengan terus menodongkan senapan di tengannya sunghoon merinding saat suara grasak-grusuk itu kian terdengar semakin jelas diatasnya, sunghoon menelan ludahnya kasar hendak mendongak keatas sana namum sosok dengan masker Respirator itu sudah lebih dulu melompat dari lantai atas untuk menerjang tubuhnya.

Bruk

Tubuhnya terbentur kasar di lantai dengan bunyi yang cukup keras dengan sosok itu menunduk mengarahkan mulut senapannya di bawah dagunya, sunghoon yang memiringkan kepalanya perlahan mulai menengok hendak melihat bentuk sosok di hadapannya ini pandangan di halangi oleh debu yang sangat mengganggu namun sunghoon dapat melihat dengan jelas sekarang bahwa sosok itu tidak memkai masker Respirator bentuk jika di lihat sekilas memang sangat mirip namun itu adalah hal yang sangat berbeda jika melihatnya dari dekat masker itu telah di modifikasi menjadi bentuk yang lebih efisien dengan besi dan kaca yang menutupi bagian matanya.

Nafasnya tersenggal ketika dia mulai menghirup debu-debu kotor itu membuat sosok di depannya kini lebih mendekatkan wajahnya dan langsung melepas masker yang menutupi sleuruh bagian wajahnya bagian kaca dari masker yang tadinya menutupi bagian atas wajahnya kini menurun dengan otomatis, sosok di atasnya kini menatapnya terkejut begitu juga dengan sunghoon.

Itu Lee heeseung sosok misterius di dalam hidupnya sosok yang membawa banyak pertanyaan dalam hidup sunghoon juga sepenggal kisah mereka yang usai sebelum waktunya.


Setelah melalui beberapa introgasi dari sosok yang tadi menodongkan senapannya pada sunghoon itu kini membawanya berjalan menuju ke sebuah bangunan tua yang berada jauh dari pusat kota, sebuah gubuk tua namun saat masuk dia justru di buat heran saat melihat isi gubuk itu kosong melompong keheranannya makin tambah saat heeseung seperti memencet sesuatu di lantai gubuk ini yang kemudian menimbulkan bunyi dan membuka sebuah jalan menuju ke ruang bawah tanah, mereka tidak tinggal di gubuk ini tapi di bawah gubuk.

“Efek radiasi nuklir lima tahun lalu itu sangat besar hampir memusnahkan setengah kehidupan di muka bumi, kami yang masih selamat memilih hidup berkelompok dan membangun tempat tinggal di bawah tanah untuk menghindari efek radiasi dan menghindari para Noirceur.”

Noirceur itu sebutan untuk kelompok pemerintah dan ilmuwan yang bekerjasama menyebabkan semua kekacauan ini, singkatnya ini nama kelompok yang di pimpin ayahnya.

Saat masuk kedalam ruang bawah tanah itu cukup luas dan di petak-petak menjadi empat bagian yang pertama di sisi sayap kanan adalah ruang tempat tidur dengan ranjang susun yang jumlahnya ada empat, di bagian sayap kiri sunghoon tidak tahu itu ruangan apa tepatnya kosong dan dan di bagian dindingnya di penuhi dengan senjata dan terakhir di bagian tengah menjadi pusatnya dimana di sini ada perapian yang sunghoon yakini menjadi tempat mereka untuk memasak dan sofa usang di tengah-tengah mereka, bagian terakhir ada di balik perapian itu sunghoon tidak tahu ruangan apa yang ada di balik perapian itu.

Saat mereka tiba di ruang temgah orang-orang yang berada di ruang di balik perapian itu keluar satu persatu membuat sunghoon terkejut karena semua orang yang keluar dari ruangan itu memakai topeng di wajah mereka.

“Sudah kukatakan jangan memakai topeng itu jika tidak kemana-mana.” Kemudian heeseung memperkenalkan orang-orang dengan topeng di wajah mereka.

Pemuda dengan topeng mirip dengan kacamata selam yang di tambahkan dengan besi tajam di bawahnya itu adalah jay, pemuda di sampingnya dengan topeng burung hantu yang memyembunyikan seluruh bagian wajahnya itu adalah jake, satunya lagi pemuda denga topeng yang hanya menyembunyikan bagian matanya hingga dahi yang seperti di tumbuhi duri-duri tajam dan dua taring di bagian bawah sisi kanannya adalah riki, dan dua orang yang menarik perhatian sunghoon sejak pertama mereka keluar dengan topeng kelinci tanpa telinga hanya melindungi bagian dahi hingga hidungnya yang di lengkapi dengan gigi kelinci itu jungwon dan sunoo mereka adalah saudara kembar yang membedakannya adalah iris mata kiri sunoo berwarna putih pucat akibat dari efek radiasi nuklir.

Sunghoon sedikitnya terkejut saat melihat sosok lain muncul dengan topeng paruh burung yang lancip hingga kebawah dagunya dia seorang gadis, gadis itu segera melepaskan topengnya saat bersitatap dengan sunghoon. “Kita bertemu lagi.”

Bahkan hingga sekarang gadis itu masih terus berjalan di belakang heeseung karena sejujurnya aneh jika melihat heeseung tanpa gadis tinggi itu, dia Millera Shapire yang mungkin bisa di sebut tangan kanan heeseung.

Mereka semua kemudian melepas topeng yang melekat di wajah mereka dan kini beralih duduk di sofa tua di pusat ruangan, sepertinya akan berdiskusi.

Millera mengeluarkan sebuah peta dari bawah meja kemudian membukanya menjelaskan beberapa posisi-posisi yang tidak di pahami sunghoon, “Aku dapat bocoran ledakan kedua di bagian ataraxia akan segera menyusul, itu artinya kita harus segara mengumpulkan pasokan makanan untuk beberapa bulan kedepan, nuklir-nuklir sialan itu akan menginfeksi hewan-hewan yang tersisa kita harus segara berburu sebelum mati kelaparan.” Jelas millera.

“Aku dan jake yang akan mencari makanan di pusat kota, kami sudah menyiapkan amunisi antidipasi jika bertemu dengan para pemangsa itu.” Jelas jay yang kemudian di angguki jake.

“Twins dan riki kalian yang akan berburu.” Kedua kembar yang tadinya terlihat semangat itu kini merenggut, begitu juga dengan riki.

“Aku tidak mau berburu dengan si kembar ini mereka merepotkan terlalu banyak bermain-main.” Ketusnya.

“Kami tidak mau berburu hewan melata itu dia hampir menggigit kami.” Ucapnya serempak.

“Tidak adakah rusa yang selamat dari radiasi nuklir yang bisa di buru, ini menjengkelkan hampir lima tahun kita hanya memakan daging hewan melata yang keras.” Ucap jungwon dengan sedikit kesal.

“Hanya mereka yang selamat dari efek radiasi karena mereka hewan melata, kau tidak akan menemukan daging rusa atau sapi di masa sekarang mereka musnah karena efek radiasi.” Ucapan jake kemudian kembali membuat duo kembar itu semakin merengut.

“Kita tetap harus bekerja sama, tak ada pilihan lain selain daging ular itu satu-satunya daging yang paling aman untuk di makan. Millera dia akan tetap di sini jaga tempat ini dari serangan makhluk pemusnah itu, aku juga akan pergi ke pusat kota mencari obat-obatan dan tambahan makanan.”

Meskipun awalnya si kembar dan riki membantah mereka tidak bisa menolak dan akhirnya mengangguk meskipun dengan berat hati.

“Apakah aku boleh ikut?” Sunghoon yang sedari tadi terdiam kini mengangkat suaranya membuat pandangan semua orang tertuju kepadanya.

“Kapten apa dia sama dengan kita?” Pertanyaan dari sunoo itu membuat sunghoon kebingungan, bukannya mereka memang sama?

“Kau bisa lihat tanda di punggung lehernya.” Sunoo kemudian berdiri dengan cepat dan berjalan kearah belakang sunghoon.

Sunghoon masih dalam keheranan tidak bisa berbuat apa-apa membiarkan sunoo, “Kapten dia juga subject tapi lambangnya berbeda, eh? Tunggu sebentar, jika lambang millera itu maiden, mother, crone dan kami crescent moon yang ini mirip dengan milik kapten tapi warnanya berbeda miliknya hanya garis yang sama dan titik yang sama dengan milik kapten.”

Semua orang itu kemudian kembali menatap Sunghoon yang membuatnya merasa di tatap seperti seorang penjahat, membuat millera segera berdiri dan ikut melihat, “Ying dan Yang, kapten kalian menemukan pasangannya.” Gadis itu terbahak sebelum kemudian menjelaskan, “ini bentuk yang saling melengkapi kemungkinan kekuatannya juga sama hanya saja aku tidak tahu kenapa mereka membuat jarak subjectnya cukup jauh.”

“Maksdunya?” Tanya Sunghoon kemudian.

“Aku, heeseung dan delapan subject lainnya ada percobaan subject pertama seharusnya pasangan subject heeseung di buat bersamaan tapi ternyata mereka di buat dengan jarak yang cukup jauh.”

“Lalu kemana delapan subject lainnya?” Tanya jungwon yang kini terlihat serius.

“Di musnahkan karena kami di anggap ancaman awalnya, hanya aku dan heeseung yang berhasil lolos dan sampai sekarang masih menjadi buronan Noirceur.”

“Kalian tadi mengatakan kekuatan, kalian punya kekuatan?” Sebetulnya sunghoon sulit mencerna ini semua.

“Kau masih belum mengerti ya? Kita ini mutan.”

“Tidak mungkin.”

“Kau mengatakannya tidak mungkin karena belum melihatnya secara langsung.” Sunoo kemudian menekan lambang di balik leher sunghoon.

Sunghoon mengeluh kemudian sedikit tekejut saat merasakan sebuah tombol di belakang lehernya di pencet rasanya tubuh sunghoon langsung di buat panas, sunghoon rasanya tak ingin percaya ketika melihat kedua lengannya sekarang tergantikan dengan besi hitam mulai melingkari kedua lengannya hingga ke siku dan bagian belakang lengannya terasa lebih berat sunghoon memandangi perubahannya namun di buat tekerjut saat menekuk lengannya sebuah pisau modifikasi muncul di belakang lengannya.

“Hei, itu benar-benar mirip dengan milik kapten.” Riki berseru.

“Itu hebat, milik kami hanya seperti ini..” jungwon ikut menekan tombol di balik lehernya kemudian memperlihatkan perubahan tangannya yang seperti di selimuti baja dengan bagian kawat besi memanjang mengikuti jarinya dan di ujungnya terdapat besi tajam bernentuk segitiga menyerupai kuku. “Ini kawat elastis jika di lepas bisa memanjang hampir ratusan meter dan besinya bisa menebus tubuh jika di arahkan pada sasaran.”

Sebuah kegilaan dalam hidup sunghoon kembali terjadi ketika mengetahui alasan kenapa dia di diamakan di dalam tabung berisi air pada waktu itu, dia di jadikan mutan oleh orang tuanya sendiri.


Tiga bulan setelah ledakan ataraxia yang di maksud oleh millera terjadi sunghoon mulai beradaptasi dengan dirinya yang baru yang kini bukan lagi manusia seutuhnya lebih tepatnya mutan.

Selama ledakan kedua berlangsung mereka menghabiskan waktu di bawah tanah untuk melatih sunghoon dengan tubuh barunya yang belum terbiasa dengan perubahan, katakan bahwa ini gila.

Sepanjang hidupnya sunghoon tak pernah percaya dengan yang namanya kekuatan, tapi kali ini dia sendiri yang memiliki meskipun cukup sulit untuk di percaya namun ini adalah kenyataannya dia sunghoon bisa mengeluarkan sengatan listrik dari tangannya ketika dia bermodifikasi menjadi shx sebutan untuk tubuh mutasinya, juga pukulan berdentum yang sanggup meruntuhkan bangunan.

Si kembar dan riki di buat terperangah saat pertama kali melihat sunghoon berhasil mengendalikan dirinya dia mampu berpindah tepat dengan sekejap mata dan menciptakan lubang besar saat mengeluarkan pukulannya itu adalah hal yang hebat, mereka semua melatih kekuatannya selama 3 bulan ini di bagian sayap kiri dimana heeseung sudah menciptakan selaput-selaput tak kasat mata yang melindungi mess mereka agar tidak hancur saat mereka berlatih dengan kekuatan ekstra mereka.

Tiga bulan ini berlalu dengan sangat cepat mereka menjadi lebih dekat dan sunghoon merasa bahwa dunia memamg hancur tapi masih ada kehidupan di dalamnya yang masih terasa hangat. Sunghoon tak lagi memikirkan penghianatan yang terjadi diantara kedua orang tuanya dirinya kini hanya menganggap bahwa itu hanya sebuah kesialan yang menimpanya dan akan terlewat begitu saja.

Saat ini mereka sedang berkumpul menunggu millera dan si kembar yang tadi pergi bertiga untuk mengumpulkan informasi dan bahan makanan tambahan, namun heeseung mulai sedikit terlihat panik dengan berulang kali mengecek ke ruang belakang karena ketiga orang itu tak kunjung datang dari waktu yang di tentukan.

Buk Buk

Suara gebukan keras terdengar membuat semua orang menoleh ke pintu atas dimana si kembar datang dengan keadan yang bisa di bilang tidak baik.

“Millera di tangkap Noirceur, mereka membawanya ke pusat laboratorium, kami berdua tidak bisa menolong millera kami di serang subject yang masih setia dengan mereka.” Jelas jungwon dengan nafas tidak teratur.

“Mereka bukan lawan kami, kami tidak sebanding dengan mereka.” Tambah sunoo kedua menunduk takut, mereka telah gagal menolong anggota team dan itu bukanlah hal yang bagus.

Jay dan heeseung saling menatap saat proyektor di ruang belakang tiba-tiba berbunyi, mereka semua lantas segera berlari menuju keruang belakang dimana proyektor yang terhubung dengan millera menyala dan menampilkan millera dengan kedua tangan tergantung di dalam sebuah ruangan gelap dimana di bawah kakinya terdapat percikan-percikan listrik, keadaan millera sangat buruk keadannya melemah lengan dan kakinya berdarah, dia di siksa.

*“Hi, tream. Ini peringatan terakhir untuk kalian mutan-mutan yang membelot mengkhianati kami yang menciptakan kalian, subject maiden adalah subject yang berhasil kabur bersama satu subject yang seharusnya menjadi milik Noirceur.”* Wanita paruh baya itu biacara dengan tegas, sunghoon hanya menatapnya datar wanita itu dulunya adalah sosok yang sering dia panggil dengan sebutan ibu.

“Aku tahu kalian bersama dengan subject Yin dan Yang atau subject shx dan subject hsx, cukup mudah untuk berdamai dengan kami subject shx dan hsx harus menyerahkan diri atau subject maiden ini akan akan berakhir.”

Ruangan gelap itu kini menampilkan millera yang di sengat dengan ribuatan aliran listrik membuat tubuhnya bergetar gadis itu berteriak kesakitan kedua besi yang menggantung lengannya itu bukan sekedar besi biasa, semakin dia bergerak untuk meloloskan diri besi itu akan menyerap tenaganya dan melemahkannya.

“Tream, keputusan ada di tangan kalian.” Proyektor itu mati menyisakan ketujuh orang itu yang saling menatap.

“Kapten apa yang harus kita lakukan?” Jake segara bertanya.

“Tidak, kalian tidak akan melakukan apapun, aku akan menyerakan diri kalian harus tetap di sini, sunghoon kau bisa melindungi mereka dengan selaput tipis saat aku pergi.” Jelas heeseung yang kemudian berjalan menuju kearah persenjataan.

“Tidak, kau tidak boleh pergi jika aku tidak.” Sunghoon berteriak marah kearah heeseung yang membuatnya langsung berhenti kemudian berbalik.

“Kau tidak akan bisa melawan mereka.”

“Lantas kau fikir kau bisa? Aku tahu kau subjcet terkuat yang pernah ada, kita satu subject, kau fikir kau bisa melawannya seorang diri? Kau fikir kau adalah seorang kapten jika bersikap seegois ini? Kenapa tidak mau mendengar pendapat anggotamu? Kau menyebut dirimu kapten?”

Heeseung terdiam menatap yang lainnya menundukkan pandangan mereka kemudian menghela nafasnya sebentar, “Sunghoon, kau tidak akan bisa melawan mereka.”

“Kenapa tidak?!!”

“Mereka orang tuamu.” Sunghoon terdiam membuat pandangan orang lain yang tersisa tertuju padanya, sebuah fakta baru bagi mereka bahwanya nyatanya sunghoon adalah anak dari otak kehancuran yang mereka alami.

“Persetan jika mereka orang tuaku, tak ada orang tua yang membiarkan anaknya sendiri menjadi bahan percobaan laboratorium, mereka bukan keluarga, keluargaku sekarang kalian.

Kenapa tidak mau mendengarkan suara mereka? Apakah kau masih menyebut dirimu kapten jika begitu?” Pertanyaan bertubi-tubi dari sunghoon membuat heeseung terdiam sedikit tertohok.

“Aku kaptennya aku yang memutuskan semuanya.”

“Kau selalu bilang kita adalah tim, tapi kenapa ingin berjuang sendiri jika bisa berjuang bersama?” Jay akhirnya bersuara tidak terima jika heeseung harus pergi sendiri dan membiarkan mereka terdiam menunggu kabar yang tak pasti.

“Lima tahun kita hidup sebagai tim, apa itu kurang? Kami juga ingin ikut menyelamatkan millera.” Timpal jake yang langsung di setujui si kembar dan riki.

“Kami ikut.”

“Aku juga, kapten.”

Menjadi pemimpin tream bukanlah hal yang mudah, heeseung memikirkan banyak hal namun mereka adalah tim, “Jangan sampai mati.” Ucapnya kemudian berbalik untuk mengambik sebuah senapan yang menggantung di dinding.


Mereka keluar kini telah berada pusat kota tak jauh dari markas besar Noirceur, bangunan tinggi markas mereka mulai terlihat dari sini, mereka berdiri sejajar dengan dengan perlengkapan senjata kemudian saling menatap satu sama lain.

“Apapun yang terjadi nantinya jangan goyah, tujuan kita hanya untuk menyelamatkan millera dan kebebasan. Ingat kita harus pulang bersama karena kita adalah tim.”

“Siap kapten.” Jawab mereka serempak.

Sunghoon kemudian tersenyum melirik heeseung yang kini balik menatapnya, “ingat jangan mati, kau masih punya janji padaku lee.”

“Seorang kapten tidak akan pernah mengingkari janjinya.”

Kemudian mereka menekan tombol yang berada di belakang punggung mereka bersamaan dan mulai bermodifikasi menjadi Subject mereka masing-masing.

Sunghoon tak peduli dengan apapun sekarang, dia hanya ingin mengakhiri semuanya, kehancuran kehidupan ini harus segara berakhir mereka yang menyebabkan kerusakan ini haru bertanggung jawab atas perbuatan mereka.

Sebuah hukum alam akan segara mengambil alih, mereka berjuang bukan sebagai subject percobaan tetapi sebagai manusia yang tengah memperjuangkan hak kebebasannya.

Sudah saatnya semua kekacauan dan kerusakan bumi ini di benahi kembali, dan memulai perdaban baru.