beranjak
arbie fabian pernah mengutuk dunia dan seisinya sebab patah hati, bian pernah mengutuk setiap harinya yang terasa begitu berat sebab luka di hatinya tak kunjung reda, bian pernah marah pada semesta yang membiarkan dirinya ketika erlangga narajengga mematahkannya begitu saja, meninggalkan bian dengan luka di hatinya.
mereka dulu hanya remaja yang naif, atau mungkin hanya bian saja yang naif. membiarkan dirinya terbuai dengan semua perlakuan manis jengga yang sialnya terasa sangat nyata itu, meskipun dia jelas tahu jengga bukan anak baik. pikiran naif remajanya memanipulasi dirinya sendiri untuk berfikir mungkin jengga sudah berubah karenanya, berfikir kalau jengga tidak akan sejahat itu padanya.
kenyataanya manusia tidak pernah berubah karena orang lain. pada kenyataannya jengga memang bukan anak baik, pada kenyataannya jengga memang jahat, pada kenyataannya dia hanya menjadi bahan permainan sekumpulan orang-orang brengsek yang menargetkan dirinya tanpa alasan.
“lo gila, ya?!” amarah remaja yang meletup-letup sebab merasa dikhianati tidak bisa ditahan begitu saja, rasanya seperti ditikam di siang bolong ketika sekumpulan manusia brengsek itu menertawai kebodohannya yang mau-mau saja ditipu dengan perhatian jengga.
“karena lo udah tau, gue rasa kita harus putus.”
bukan, bukan itu yang bian inginkan. setidaknya dia harus menunjukkan sedikit rasa bersalah, sebab bian dan sedikit egonya mungkin bisa saja memafkannya tapi ternyata tidak. ternyata jengga tetap memilih untuk menjadi jahat di dalam ceritanya.
setelahnya yang bian tau hanya ada kecewa di dalam hatinya, kecewa yang perlahan-lahan menorehkan luka yang mendalam, lalu narajengga membiarkan luka itu menganga begitu saja.
brengsek. narajengga brengsek.
tidak ada memori yang baik setelahnya selain bian yang menjadi lebih sering mengutuk semesta dan seisinya karena membiarkannya begitu saja, membiarkan bian tenggelam dalam rasa sesak dan patah hatinya.
ternyata benar, bagian paling tidak menyenangkan dari jatuh hati adalah patah itu sendiri. dan bian pikir rasa sakit ini tidak akan pernah berakhir.
ternyata setelah dua tahun dilewati bian tetap baik-baik saja. dan rasa sakit yang bian pikir tidak akan berakhir itu ternyata berakhir juga.
bian juga tidak tahu sejak kapan rasa itu habis. mungkin sejak pertama kali bian menghapus nomor ponsel lelaki jakung itu, mungkin ketika bian menyadari kalau dia tidak bisa datang dan meminta sebuah pelukan untuk menghilangkan penatnya di hari-hari yang berat lagi, mungkin sejak bian sadar tidak ada lagi yang menunggunya di depan pintu kelas, mungkin sejak bian sadar kenapa dia masih menunggu di halte depan sekolah kitika hujan turun padahal sudah tidak ada lagi jengga yang akan datang menjemputnya sambil hujan-hujanan, atau mungkin sejak pertama kali bian sadar kalau dia sudah lupa bagaimana suara tawa jengga yang kerap kali menggema di dalam kepalanya.
jengga dan tawanya perlahan menjadi sesuatu yang asing dan mulai usang untuk bian yang perlahan mulai beranjak. beranjak dari semua rasa sakit dan sesak yang membelenggu hatinya setelah sekian lama.
sampai diwaktu mereka bertemu kembali tidak akan ada lagi rasa sakit yang menghampirinya. jengga masih tetap sama, tidak ada yang berubah kecuali parasnya yang semakin rupawan dan terlihat lebih dewasa dari sebelumnya, jengga yang ditemuinya hari ini tengah menggandeng tangan orang lain.
anehnya tidak ada lagi rasa marah atau kecewa di dalam hatinya. anehnya lagi bian bisa beri satu senyuman dengan hati yang ringan untuk jengga. sebab jengga dan semua ceritanya tentang bian sudah berakhir sejak lama, sejak bian memutuskan untuk tidak lagi melihat kebelakang, melihat mereka yang usai tertinggal di halaman belakang buku yang perlahan mulai usang.
pada akhirnya bian menyadari bahwa mungkin jengga pernah menjadi penjahat dalam ceritanya, jengga pernah menjadi alasan kenapa bian sering marah dan mengutuk semesta dan seisinya, jengga pernah menjadi penyebab patah hatinya, meskipun begitu jengga tetap pernah menjadi bagian yang paling menyenangkan di dalam ceritanya.
pada akhirnya rasa sakit yang bian pikir tidak akan pernah berakhir itu kini telah usai. menyisakan bian yaang perlahan mulai beranjak dari tempatnya, menanggalkan semua rasa sakit yang mulai asing dimakan waktu.
@illicitesther 2023